TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat sosial Rissalwan Habdy Lubis menilai kebijakan memperpanjang masa tanggap darurat Corona tidak akan memberi dampak besar untuk menekan pandemi Corona. Sebab, kata dia, tidak ada kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah.
"Dampak dalam arti luas tidak ada karena kan kalau tidak ada kebijakan baru dan hanya memperpanjang masa waktu tanggap darurat saja berarti tidak ada extend lain," kata pengamat asal Universitas Indonesia ini, Senin, 30 Maret 2020.
Ia memprediksi hasil berbeda bisa dirasakan jika pemerintah pusat membuat isolasi wilayah. "Kalau memang dilakukan akan ada perbedaan. Kalau diperpanjang dan ada kebijakan tambahan itu baru ada perubahannya," sebut Rissalwan.
Rissalwan menyebut kebijakan yang sudah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti menghapus kegiatan car free day, menutup lokasi wisata, dan mendorong pelajar belajar di rumah hanya memberikan dampak seperti saat ini.
"Kalau enggak ada yang baru ya tetap sama saja. Anak-anak tetap sekolah di rumah dan hanya seperti itu dan sebagian sektor formal juga tetap di jalanan," tuturnya.
Pemprov DKI memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat penanganan virus Corona selama dua pekan ke depan hingga Ahad, 19 April 2020. Perpanjangan masa tanggap darurat berlaku untuk kebijakan penutupan tempat wisata, penutupan lokasi hiburan serta meniadakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Hingga saat ini berdasar data yang diumumkan secara nasional, kasus yang terkonfirmasi positif Corona ada 1.285 orang dengan 114 orang meninggal. Jakarta memiliki kasus positif Corona terbanyak dengan jumlah 720 orang.