TEMPO.CO, Jakarta - Penulis buku-buku filsafat, Martin Suryajaya menilai lima pelaku vandalisme di Tangerang bukan merupakan Anarko seperti narasi kepolisian. Pernyataan itu disampaikan saat menjadi nara sumber dalam acara Instagram live oleh Historia.id.
Martin menganggap para pemuda yang ditangkap hanya anak-anak yang baru mulai suka belajar macam-macam hal.
"Kalau dilihat dari buku yang disita polisi, mereka bacaannya bukan hanya Anarko kan, tapi Tan Malaka yang dekat dengan Lev Trotski dan termasuk pahlawan nasional. Bahkan ada juga bukunya Tere Liye dan Eka Kurniawan," kata Martin, Selasa, 14 April 2020.
Menurut Martin, para pelaku tidak akan mengambil alih negara seperti membuat penjarahan dan sebagainya. Kalau pun ada pemikiran seperti itu, kata dia, hanya sebatas angan-angan. Dia mengatakan, negara tidak perlu takut terhadap anak-anak seperti itu layaknya menghadapi kelompok ekstremis sayap kanan.
"Jadi menurut saya polisi over reactive terhadap kasus yang di Tangerang ini," kata Martin.
Ciri-ciri lain bahwa kelima pemuda itu bukan Anarko, lanjut Martin, dapat dilihat dari tulisan-tulisannya. Mereka tidak memiliki analisis kelas yang tajam seperti dalam sistem kapitalisme. Baik tentang buruh dan atau pemilik alat-alat produksi.
"Mereka hanya nulis orang kaya dan miskin," kata dia.
Sebelumnya, orang-orang yang disebut polisi sebagai Anarko ini ditangkap karena melakukan vandalisme pada Kamis 9 April 2020 di Tangerang. Mereka membuat coretan di dinding pertokoan yang dinilai mengajak masyarakat melakukan kerusuhan. Coretan itu antara lain "sudah krisis saatnya membakar", "kill the rich", "mau mati konyol atau melawan".
Para pelaku dijerat dengan Pasal 14 dan Pasal 15 UURI No 1 tahun 1946 tentang menyiarkan berita bohong dan Pasal 160 KUHP tentang tindakan menghasut di muka umum dengan ancaman hukuman penjara 10 tahun.
Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana bahkan menyebut bahwa kelompok Anarko ini tengah menyusun penjarahan di sejumlah wilayah di Pulau Jawa di tengah wabah virus corona. Aksi itu rencananya berlangsung pada 18 April 2020. Pernyataan itu disampaikan Nana saat konferensi pers penangkapan lima pelaku vandalisme. Beberapa pelaku disebut masih berstatus mahasiswa dan pelajar SMA.