Cerita lain datang dari Yeti Utami Dewi. Ia adalah ibu rumah tangga yang mengambil peran sebagai pejuang COVID-19 di garda surveilans Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat di bidang Epidemiologi ini membantu para dokter dan Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) memberikan respons cepat penanganan wabah.
Yeti mendatangi orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) hingga pasien positif Corona yang ada di Kecamatan Kramat Jati. Setiap muncul laporan data pasien dari Dinas Kesehatan DKI, Yeti dan tim bergegas menuju lokasi untuk melakukan penyelidikan epidemiologi dengan mengambil sampel untuk uji swab atau cairan tenggorokan.
Kemudian selama 14 hari berturut dilakukan konsultasi individu dengan pasien juga keluarganya. "Biasanya kami mengedukasi tentang karantina mandiri di rumah dan memantau setiap perkembangan dengan cermat," katanya.
Surveilans Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Yeti Utami Dewi, berpose di ruang kerja. (Foto: Antara)
Jika terjadi penurunan kondisi kesehatan pasien, Yeti segera berkoordinasi untuk memindahkan mereka ke rumah sakit. "Kalau keadaan pasien justru membaik, saya akan kembali mengambil sampel pada hari ke-14 untuk uji swab supaya memastikan hasil negatif dan pasien dalam keadaan sehat," katanya.
Tanggung jawab Yeti berlanjut hingga tengah malam untuk merekap data-data pasien. "Kuncinya adalah selalu memastikan setiap pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar prosedur agar risiko terpapar bisa diantisipasi," katanya. Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan menjaga nutrisi tubuh merupakan modal utama bagi Yeti agar tetap sehat.
Sementara dokter Pompini Agustina Sitompul, juga seorang ibu rumah tangga, mendapat peran sebagai Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Penyakit Infeksi, New Emerging dan Re-Emerging RSPI Sulianti Saroso. Berprofesi sebagai dokter spesialis paru, Pompini mengemban tanggung jawab penuh terhadap penyakit darurat.
Sebagai sosok yang berada di ring satu penanggulangan Corona, Pompini sangat menekankan standar operasional prosedur penanganan pasien di rumah sakit. Upaya menjaga performa anggota ia lakukan dengan saling rangkul dan menata emosi.
Pembagian beban kerja dan waktu istirahat yang cukup secara bergantian bagi tenaga medis menjadi fokus penting yang diperhatikan Pompini. "Semua dilakukan supaya tiap anggota dapat fokus melayani dengan maksimal tanpa tertular penyakit," katanya.
Tak banyak yang tahu, persiapan Pompini dimulai bersama tim sejak Januari 2020. Hingga saat ini jumlah kasus terus meningkat dan mayoritas pasien yang dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso memiliki gejala berat bahkan dengan kondisi ancaman gagal napas. "Penggunaan APD lengkap selama berjam-jam dan berulang setiap hari tanpa tahu kapan situasi ini akan berakhir, telah menambah tingkat stres tenaga kesehatan," katanya.
Hanya satu kekhawatiran Pompini saat ini, jika jumlah kasus positif di Indonesia lebih banyak dibanding kapasitas tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia. Untuk itu ia berharap kepada semua pihak agar terus mengedukasi masyarakat untuk menekan penyebaran Corona.