TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menyarankan pemerintah memaksimalkan deteksi dini atau tes Covid-19 dengan hasil yang cepat untuk menekan pandemi Corona. Menurut Tri, deteksi dini yang dilakukan pemerintah saat ini masih berjalan lambat untuk mengetahui hasilnya.
"Minimal masa yang ditoleransi dua hari. Tapi sekarang terlambat karena masih empat sampai lima hari," kata Tri saat dihubungi, Selasa, 28 April 2020.
Tri menjelaskan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) virus Corona yang dilakukan pemerintah membutuhkan waktu lima hari dari mulai pemeriksaan hingga hasil keluar. Lamanya menunggu hasil tes tersebut, menurut dia, bisa menjadi celah transmisi penularan virus Corona yang semakin meluas.
Jika pemerintah terlambat, tutur Tri, memeriksa pasien dalam kategori orang dalam pemantauan atau pasien dalam pengawasan membuat mereka rentan menulari orang lain. "Apalagi kalau mereka belum diisolasi. Sebab, ada PDP dan ODP yang ringan tidak diisolasi di rumah sakit," ujarnya.
Tri menyatakan bila deteksi dini terlambat dilakukan bisa menularkan ke orang lain. "Apalagi dia tidak patuh. Tes PCR harus cepat," ujarnya.
Menurut dia, langkah yang dilakukan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah tepat. Namun kebijakan tersebut mesti diselaraskan dengan deteksi dini yang cepat agar penularan tidak meluas.
Di sisi lain, Tri menilai efektifitas PSBB baru berjalan 60 persen. "Sebab saya lihat baru 60 persen keluarga yang sudah menetap di rumah. Sisanya masih banyak yang keluar rumah," ujarnya.
IMAM HAMDI