TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan puncak pandemi Corona di DKI, belum terjadi.
Tri memperkirakan puncak penularan virus Corona atau COVID-19 bakal terjadi pada akhir Juni atau awal Juli mendatang.
Menurut Tri, angka penurunan penularan virus Corona memang berpotensi terjadi saat ini. Namun, hal itu bukan berarti pandemi Corona akan berakhir.
Lonjakan penularan masih berpotensi terjadi jika pemerintah menghentikan masa pembatasan sosial berskala besar sebelum wabah mereda.
"Tren memang bisa menurun. Tapi PSBB tetap tidak bisa dikurangi," kata Tri saat dihubungi, Selasa, 28 April 2020.
Tri menjelaskan penurunan angka penularan bisa terjadi karena lambatnya pemerintah mendeteksi dini warganya yang rawan tertular COVID-19. Jika pemerintah salah perhitungan dan membuka pembatasan sosial sebelum wabah mereda maka berpotensi terjadi gelombang kedua pandemi Corona.
Yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah melakukan pemeriksaan dini secepat mungkin, mengisolasi orang yang mempunyai gejala dan melakukan kontak tracing kepada kepada orang-orang yang berpotensi tinggi terhadap penularan virus corona.
Dengan ketiga langkah itu, Tri yakin angka penurunan penularan virus corona bakal terus terjadi. "Intinya kalau deteksi baik memang akan menurun pelan-pelan jumlah kasus barunya."
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan telah terjadi perlambatan kasus positif corona di DKI. Menurut dia, hal itu terjadi karena efektifnya pembatasan di Ibu Kota dan sekitarnya.
"Khusus DKI Jakarta, perkembangan terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang pesat dan saat ini telah flat," kata Doni setelah rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Senin, 27 April 2020.
Penurunan angka penularan dapat dilihat dari jumlah pasien yang terjangkit virus Corona pada 21 April lalu yang mencapai 167 orang. Lalu berkurang menjadi 107 pasien pada 23 April dan 26 orang pada 26 April kemarin. Kemudian naik kembali 87 pasien pada 27 April 2020.