TEMPO.CO, Bogor - Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, meminta semua pihak agar mengevaluasi dan memperbaiki penanganan physical distancing atau jaga jarak fisik. Ia menegaskan kebijakan jaga jarak efektif menekan penyebaran Corona dan wajib diterapkan oleh seluruh warga di semua area. "Terutama dalam sarana transportasi publik massal seperti KRL (kereta rel listrik)," ucap Dedie, Senin, 4 Mei 2020.
Dedie meminta operator KRL, yaitu PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) bertanggung jawab setelah ditemukan tiga penumpang kereta positif Corona. Selain terus memperketat physical distancing, operator diminta menjalankan langkah pencegahan yang lebih drastis.
Dedie khawatir dengan ketiga penumpang tersebut sebab berpeluang menulari orang lain. "Artinya harus ada pemeriksaan orang-orang di lingkungan kerja dan rumah mereka," kata dia. Menurut Dedie, saat ini tiga penumpang KRL yang terpapar Corona sudah mendapat penanganan dari dinas kesehatan.
Ia menyebut ketiga penumpang kereta tersebut bukan warga kota dan Kabupaten Bogor. "Dari data sementara, mereka bekerja di Jakarta namun ber-KTP Bandung, Jakarta, dan Sukabumi," kata Dedie.
Sebelumnya, tiga penumpang KRL dinyatakan positif Corona setelah mengikuti tes Polymerase Chain Reaction (PCR) terhadap ratusan penumpang pada 27 April 2020. Wali Kota Bogor, Bima Arya, menambahkan potensi penularan virus Corona di kereta atau stasiun sangat tinggi.
Hal itu ia ketahui setelah melakukan penelusuran pasien Corona yang kebanyakan mengaku pernah menggunakan layanan KRL. "Harus ada perubahan kebijakan. Idealnya sih tutup buat sementara," kata Bima.
Bila tidak bisa dihentikan, Bima mengatakan setidaknya PT. KCI melakukan penguatan sistem dan harus bisa memastikan para penumpang KRL menerapkan protokol kesehatan, seperti penerapan physical distancing. "Kami kan sudah minta ke Kemenhub untuk mengevaluasi operasional KRL, tapi banyak faktor pertimbangan persetujuannya," tutur Bima Arya.
M.A MURTADHO