TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan sempat ada perbedaan pendapat dengan Kementerian Kesehatan dalam upaya penanganan virus Corona di awal tahun 2020. Hal itu ia sampaikan dalam sesi wawancara dengan surat kabar Australia, Sidney Morning Herald.
Sebelum virus Corona merebak luas di Indonesia, Anies menyatakan transparansi data dan langkah yang sudah dilakukan penting untuk memunculkan rasa aman bagi masyarakat. Namun, kata dia, Kementerian Kesehatan kala itu tak sependapat dengannya.
“Kementerian Kesehatan berpikir sebaliknya. Transparansi akan memunculkan kepanikan dan itu bukan pandangan kami,” ucap Anies dalam video yang diunggah di akun YouTube resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Ahad, 10 Mei 2020.
“Kami memiliki paradigma yang berbeda saat itu dengan Kementerian Kesehatan. Mereka tidak sepakat dengan itu. Mungkin tensinya seperti itu,” lanjut Gubernur DKI.
Anies menceritakan pada 6 Januari 2020 Pemprov DKI bersama seluruh rumah sakit di Jakarta telah mengadakan pertemuan untuk membahas penyakit Pneumonia Wuhan. Saat itu nama Covid-19 belum muncul ke permukaan. Dalam pertemuan tersebut, kata Anies, Pemerintah DKI membuat saluran telepon yang dapat digunakan oleh 190 rumah sakit di Jakarta untuk melapor jika menemukan pasien dengan gejala Pneumonia Wuhan.
Sejak saat itu, sebut Anies, jumlah pasien dengan gejala Pneumonia Wuhan yang dimonitor terus meningkat. Merespons hal itu, Anies menugaskan seluruh jajaran Pemprov DKI agar fokus pada penanganan penyakit tersebut.
“Saat itu kami tidak diperbolehkan untuk melakukan tes. Jadi, setiap kami memiliki kasus, kami kirim sampelnya ke laboratorium nasional. Mereka akan memberi tahu hasilnya apakah positif atau negatif,” ucap mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini.
Sampai akhir Februari 2020, Anies mengatakan, setiap sampel yang mereka kirim hasilnya selalu negatif. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengumumkan kepada publik dengan menyebutkan data yang mereka peroleh terus dimonitor.
Berdasarkan catatan Tempo, saat itu Anies mengatakan Pemprov DKI tengah memantau 115 orang yang rawan terpapar virus Corona. Dari jumlah tersebut 32 orang di antaranya dalam pengawasan karena diduga terpapar Corona.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kala itu menyebut pernyataan Anies kurang tepat. Menurut Anies, saat itu Kementerian Kesehatan menyebut tak ada kasus positif Corona di DKI Jakarta.
”Kami memang tak memiliki dasar untuk mengatakan ada kasus positif, tapi dari sisi kami di pemerintahan harus lebih responsif, harus memperingati warganya tentang apa yang sedang terjadi sehingga masyarakat paham,” ucap Anies. Ia menegaskan kalau perbedaan pendapat Pemprov DKI dengan Kementerian Kesehatan saat itu tak ada kaitannya dengan politik.
Hingga Senin pagi, 11 Mei 2020 situs resmi corona.jakarta.go.id mencatat ada 5.195 kasus positif Corona yang ditemukan di Jakarta. Dari jumlah itu, sebanyak 2.258 pasien masih dirawat, 836 telah sembuh, 453 meninggal dunia, dan 1.648 pasien mengisolasi diri secara mandiri.
Di luar angka itu, ada 1.774 kasus yang masih menunggu hasil tes Covid-19. Secara nasional, ada 14.265 kasus positif Corona yang ditemukan. Sebanyak 2.881 orang di antaranya telah sembuh, 991 meninggal dunia, dan sisanya masih dirawat.
ADAM PRIREZA