TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, memperkirakan pembukaan secara bertahap pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, baru bisa dilakukan pada akhir Juli mendatang. Pembukaan bisa dilakukan jika pemerintah mempertahankan kebijakan pembatasan dengan maksimal.
"Sekarang kurva belum menurun. Jadi jangan ada pelonggaran pembatasan sosial," kata Tri saat dihubungi, Selasa, 19 Mei 2020.
Tri menuturkan angka penularan virus di Indonesia masih terus meningkat. Jumlahnya, kata Tri, mencapai 500 orang per hari. Jumlah tersebut didapatkan karena Indonesia baru bisa memeriksa 8 ribu orang per hari menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Menurut dia, jika angka orang yang diperiksa lebih banyak, maka bakal terlihat jumlah kenaikan yang bakal lebih tinggi. "Sekarang pemeriksaannya masih terbatas. Jadi angka kenaikannya terlihat hanya 500 orang. Padahal jumlahnya bisa kebih banyak (yang terinfeksi Covid-19)."
Tri mengimbuhkan jika pemerintah terburu-buru mengambil kebijakan melonggarkan pembatasan sosial bakal berisiko tinggi terjadi gelombang kedua pandemi virus corona. Jika gelombang dua ini sudah terjadi, maka pemerintah bakal lebih sulit lagi menangani wabah ini.
Bahkan, negara yang telah berhasil menekan penularan virus seperti Wuhan, Cina, pun masih berpotensi terjadi kembali pandemi virus ini. "Wuhan sudah nol kasus saja masih belum aman. Apalagi kita yang belum stabil," ujarnya.
Pemerintah, kata dia, bisa membuka secara bertahap pembatasan sosial di provinsi yang memang kecil penularannya seperti Nusa Tenggara Timur. Sedangkan, untuk kawasan Jabodetabek, Tri menyarankan tidak dilonggarkan sampai kurva penularan menurun secara stabil.
"Ada 10 provinsi yang tertinggi kasusnya jangan sampai dilonggarkan," ujarnya. Lebih lanjut Tri menuturkan sektor usaha memang tidak boleh dibiarkan terlalu lama berhenti. Namun, pemerintah harus punya kajian yang jelas jika ingin membuka sektor ekonomi secara bertahap.
"Setelah dibuka maka akan ada kebiasaan yang berbeda. Nanti semua orang masih harus wajib pakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan," ujarnya.