TEMPO.CO, Jakarta -Sopir ojek online, Tori Turnajaya, mengadukan nasibnya ke Presiden Jokowi atas saran teman-temannya. Pria berusia 51 tahun itu berjalan kaki dari rumahnya di Desa Babelan Kota, Bekasi, sekitar pukul 06.00 menuju Istana Negara, Jakarta.
"Ini saya mau mengadu ke presiden," ujar pria yang telah empat tahun ini menjadi pengemudi Gojek, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 23 Mei 2020. Sebelum jalan, ia sempat mengatakan kepada teman-teman akan lapor ke Presiden Jokowi untuk mencari keadilan.
Ia ingin mempertanyakan kebijakan restrukturisasi kredit yang dijanjikan pemerintah kepada pekerja yang terkena dampak Covid-19. Pasalnya, motor yang menjadi modal kerjanya ditarik oleh leasing secara paksa, pada Kamis, 21 Mei 2020 lalu.
Awalnya ia tidak menyangka, karena semula debt collector yang datang ke rumahnya hanya meminta dia datang ke kantor untuk menyelesaikan masalah. Namun ketika ia bersama istrinya mendatangi kantor WOM Finance Kranji, Bekasi, tak berapa lama penagih hutang langsung mengambil paksa kunci motor dan membawa roda dua yang biasa dipakainya bekerja.
"Saya menunggu istri saya karena motor atas nama istri, di luar sekitar 50 meter dari kantor WOM," ujarnya. Namun, baru beberapa saat menunggu istrinya, kata dia, ada penagih hutang dari WOM mendatanginya di Jalan Kranji, dan meminta motornya.
Ayah tiga anak itu menyesalkan pengambilan paksa motornya di tengah upaya untuk meminta keringanan pembayaran cicilan. "Kemarin saya yang diminta datang. Ketika saya datang, malah motor saya diambil," ujarnya. "Tidak mengerti keadaan."
Ia mengaku telah melaporkan tindakan pengambilan paksa motornya itu ke polisi. Namun, polisi menolaknya karena Tori tidak bisa menunjukkan Surat Tanda Kendaraan Bermotornya.
Tori mengaku telah mencicil motor selama 27 dari total 35 bulan angsuran. Per bulan ia mengangsur Rp 808 ribu. Menurut dia, sebelum pandemi Covid-19 angsuran motornya selalu lancar. Bahkan, ia telah mempersiapkan uang pembayaran angsuran motornya pada Maret lalu. Namun, uang tersebut terpakai untuk kebutuhan sekolah anaknya.
Sejak uang angsuran itu terpakai, Tori mengaku kesulitan untuk mencari uang karena minimnya orderan. Uang hasil narik ojek, kata dia, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Pernah saya gak dapat penumpang seharian. Selama pandemi ini paling cuma dapat lima penumpang," ujarnya yang datang ke Istana berbekal KTP, Kartu Keluarga dan surat cicilan motor.
Dan karena solidaritas sesama sopir ojek online, sekitar pukul 12.40, di depan Rumah Sakit Islam Bekasi, ia ditawarkan naik motor ke Istana. Setibanya di Istana Negara ia melebarkan kertas karton putih bertuliskan. "Bapak Presiden yang Terhormat. Saya Minta Keadilan."