TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan wilayahnya siap memasuki fase tatanan kenormalan baru atau new normal berdasarkan angka reproduksi Covid-19. Berdasarkan hasil analisis pakar epidemologi, angka reproduksi Covid-19 di kota hujan itu sudah di bawah 1 yakni 0,74.
"Dengan indikator tersebut, Kota Bogor dikatakan sudah bisa mempersiapkan fase tatanan normal baru," kata Bima Arya Sugiarto melalui pernyataan tertulisnya di Kota Bogor Rabu 27 Mei 2020.
Menurut Bima Arya, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, kurva Covid-19 di Kota Bogor terus melandai, sejak diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap I pada 15-28 April, PSBB tahap II pada 29 April sampai 12 Mei dan PSBB tahap III pada 13-26 Mei 2020.
"Bahkan, pada tiga hari terakhir tidak ada penambahan kasus positif Covid-19," katanya.
Meski tak ada kasus positif Covid-19 baru, Pemerintah Kota Bogor memilih memperpanjang penerapan PSBB yakni PSBB transisi sampai 4 Juni mendatang. Perpanjangan PSBB untuk mengantisipasi arus mudik yang masuk ke Kota Bogor.
"Pemerintah Kota Bogor tidak ingin lengah pada Hari Raya Idul Fitri. Pemerintah Kota Bogor tetap waspada karena cukup banyak pemudik dan arus orang masuk dan keluar di Kota Bogor yang dapat berpotensi terjadi transmisi lokal penyebaran Covid-19," katanya.
Karena itu, pada penerapan PSBB transisi, Pemerintah Kota Bogor memperketat pengawasan pergerakan orang masuk dan keluar Kota Bogor di perbatasan dan di dalam Kota Bogor.
Pemerintah Kota Bogor sedang menyusun rumusan Peraturan Wali Kota untuk landasan hukum panduan protokol kesehatan New Normal di Kota Bogor. "Jika kurva kasus positif Covid-19 terus melandai, protokol kesehatan baru ini akan berlaku setelah 4 Juni 2020. Dalam aturan yang sedang dirumuskan itu akan mengatur protokol kesehatan di semua bidang," katanya.
Menurut Bima, sejak diberlakukannya PSBB transisi mulai Rabu (27/5) ini hingga 4 Juni mendatang, pasar dan toko non-pangan, serta rumah makan diizinkan untuk buka tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan, jaga jarak fisik dan pembatasan kapasitas pengunjung.
Untuk penanganan Covid-19 jangka panjang, Pemerintah Kota Bogor juga memberdayakan rumah ibadah untuk diaktifkan dalam memberikan edukasi dan bantuan bagi warga. "Memperkuat apa yang sudah dilakukan aparatur wilayah, sosialisasi bisa dilakukan di lingkungan masjid, baik secara tatap muka terbatas dengan tetap menjaga jarak atau dengan menggunakan pengeras suara," katanya.
Menjelang fase New Normal, Pemerintah Kota Bogor juga menginstruksikan kepada 68 kelurahan di Kota Bogor untuk mengaktifkan dapur umum untuk membantu warga tidak mampu dan terkena dampak Covid-19. "Masjid diharapkan bisa ikut berperan dalam menyalurkan bantuan logistik bagi warga dhuafa," katanya.