TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Agung Wicaksono, mengatakan Direktur Utama Transjakarta yang baru, Sardjono Jhony Tjitrokusumo, mempunyai tantangan berat dalam menghadapi konsep new normal atau kenormalan baru untuk transportasi publik.
Sardjono, kata dia, mempunyai tantangan untuk memastikan masyarakat tetap bisa menggunakan transportasi publik di tengah pandemi corona ini. "Protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan," kata Agung, yang juga pernah menjabat sebagai Dirut Transjakarta itu saat dihubungi, Jumat, 29 Mei 2020.
Sadjono harus memastikan ketersediaan fasilitas kebersihan seperti hand sanitizer untuk penumpang dan rutin membersihkan armada dengan disinfektan. Selain itu, mantan Dirut Merpati Nusantara Airlines tersebut juga mesti memastikan jaga jarak fisik antara penumpang di halte maupun bus diterapkan.
Salah satu upaya untuk menjaga jarak penumpang, kata Agung, adalah dengan cara menambah headway atau waktu tunggu armada. "Diperlukan aliran armada atau headway yang cukup tinggi agar penumpang tidak menumpuk," ujarnya.
Sardjono pun mesti menjamin pendanaan Transjakarta terpenuhi untuk menyediakan fasilitas tambahan saat menghadapi konsep kenormalan baru. Namun, pendanaan ini, menurut Agung, bakal terganggu.
Sebabnya, legislator ingin memotong public service obligation (PSO) sebanyak 50 persen untuk dialihkan ke penanganan wabah corona. Menurut dia, pemotongan kewajiban pelayanan publik pemerintah itu akan mengganggu kinerja Transjakarta.
Pada era new normal ini Transjakarta harus memangkas jumlah penumpang di dalam armada hingga 50 persen. Walhasil, perusahaan daerah itu harus berusaha menambah armada untuk menghindari penumpukan penumpang.
"Ini masalah pemotongan anggaran yang paling tidak masuk akal dan menjadi masalah jangka pendek yang harus diselesaikan Dirut yang baru," ujar Agung. "Jadi tidak tepat jika PSO dikurangi dengan kondisi ingin menghadapi new normal."
IMAM HAMDI