TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, perekonomian Ibu Kota terdampak akibat pandemi Covid-19. Dia menilai krisis ekonomi di ibu kota mulai terasa pada Mei 2020 imbas dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Semula ini adalah krisis kesehatan umum, kini sudah mulai terasa sebagai krisis ekonomi," kata Anies dalam siarannya yang diunggah di Youtube pemerintah DKI, Jumat, 29 Mei 2020.
Hingga kini jumlah pasien Covid-19 di Jakarta terus bertambah setiap hari. Per 29 Mei, sebanyak 7.053 orang positif corona, 517 orang meninggal, dan 1.807 orang sembuh.
Anies Baswedan berujar pelbagai kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya terhenti selama PSBB berlangsung. Tak cuma itu, aktivitas pasar, perdagangan, perindustrian, dan kegiatan ekonomi informal ikut terganggu.
Anies menjelaskan proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2020 turun dari Rp 87,9 triliun menjadi Rp 47,2 triliun. Begitu juga dengan pendapatan pajak dari target semula meraup Rp 50,17 triliun terjun bebas ke Rp 22,5 triliun.
Karena itulah, pemerintah DKI mau tak mau terpaksa merelokasi anggaran. Menurut Anies, pemangkasan anggaran dilakukan baik di pos belanja langsung ataupun belanja tidak langsung.
Misalnya, tunjangan kinerja daerah (TKD) aparatur sipil negara (ASN) dipotong 25 persen untuk dialihkan membiayai bantuan sosial atau bansos. Pemotongan itu, lanjut dia, setara dengan anggaran bansos senilai Rp 2 triliun.
Anies juga menunda 25 persen lagi anggaran TKD demi dana darurat penanganan Covid-19. "Semua mengalami pemangkasan dan pemangkasannya drastis," ucap Anies Baswedan.