TEMPO.CO, Jakarta -Hasil survei indeks presepsi resiko oleh LaporCovid19 dan Sosial Resilience Nanyang Technological University (NTU) menemukan bahwa warga DKI Jakarta belum siap untuk untuk memasuki new normal atau kenormalan baru di tengah pandemi Corona atau Covid-19.
"Secara keseluruhan kita bisa bilang warga DKI Jakarta belum siap memasuki era new normal," ujar peneliti NTU Sulfikar dalam diskusi virtual, Kamis 3 Juni 2020.
Sulfikar menyatakan hal tersebut tampak dari angka indeks presepsi resiko warga Jakarta berada di 3,46 dari rentang indeks 1 (bahaya) sampai 5 (tinggi).
Untuk angka 3,46 berada di tingkatan agak rendah dan agak tinggi, artinya masih berada di bawah angka kondisi ideal persepsi resiko antara indeks 4 dan 5.
Sulfikar menyebutkan, setidaknya indeks prespsi resiko warga DKI harus diatas empat >4.00 sehingga perilaku keselamatan warga menjadi lebih baik dan transmission juga bisa dikendalikan lebih baik.
Sulfikar mengatakan indeks presepsi resiko tersebut terdiri dari enam variabel yaitu knowledge, information, self protection, risk preception, economy dan social capital.
Dari survei yang dilakukan kepada warga Jakarta Menurut dia, tiga variabel ditemukan masih rendah yaitu perception hanya 3,01 persen, economy 2,93 persen dan social 3,34 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 29 Mei sampai 2 Juni 2020, dengan jumlah responden valid 3.160, dengan metode quota sampling dengan variabel penduduk perkelurahan, survei dilakukan melalui onlines dengan platform quatrics yang disebarkan di aplikasi berbagi pesan. Metode analisis menggunakan formula spearman rho untuk mengukur kolerasi antar variabel dan faktor demografi.
Berdasarkan temuan tersebut LaporCovid19 dan NTU menilai kebijakan untuk memulai new normal di Jakarta belum saatnya dilaksanakan. Pemerintah DKI harus memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi agar presespi resiko warga DKI Jakarta meningkat dan akan memperkuan prilaku keselamatan dan disiplin warga menghadapi pandemi.