TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus, mengingatkan tingginya risiko penularan Corona di permukiman padat.
Menurut dia, warga berpotensi saling berpapasan tanpa memperhatikan jaga jarak aman atau physical distancing karena ruang gerak yang terbatas.
"Paling cuma di situ-situ saja ruangnya mereka untuk bergerak dari gang ke gang," kata Alfred saat dihubungi, Senin, 8 Juni 2020 terkait ancaman penularan Corona.
Selain itu, dia menilai, warga yang tinggal di kawasan permukiman padat juga tidak begitu peduli dengan protokol kesehatan. Sebagai contoh, warga hanya sekadar mengenakan masker yang menempel di dagu.
Alfred berpendapat warga kini menganggap kondisi Jakarta sudah kembali normal lantaran dibukanya aktivitas sosial dan ekonomi. Masyarakat pun, lanjut dia, turut menormalkan kebiasaannya seperti sebelum wabah Covid-19 melanda.
Alfred menyarankan petugas rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) bekerja ekstra untuk mengatur alur keluar-masuk warga. Petugas setempat, tambah dia, perlu membuat sistem agar pergerakan warga di satu gang tidak dua arah.
"Jadi mau tidak mau harus dibuatkan flow, kayak jalan aja, sistem satu arah. Jadi supaya tidak ada papasan dua arah," jelas dia.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menetapkan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB transisi sejak 5 Juni hingga waktu yang tak ditentukan. Alhasil, aktivitas sosial dan ekonomi kembali dibuka kecuali di 66 RW yang masuk zona merah.
Di sisi lain, pasien Covid-19 di Ibu Kota terus bertambah setiap harinya. Penambahan pasien positif corona rata-rata 80-100 orang per hari. Dinas Kesehatan DKI mencatat terdapat 8.042 pasien positif hingga Senin sore, 8 Juni. Angka ini bertambah 96 orang dari satu hari sebelumnya. Sementara pasien sembuh 3.205 orang dan yang meninggal 539 jiwa.