TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta menetapkan tiga titik antrean apabila terjadi kepadatan penumpang seperti yang terjadi di kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan maksimal 147 orang yang diizinkan mengantre di setiap stasiun.
"Kami berikan kuota setiap stasiun maksimal berapa," kata William saat konferensi pers virtual, Kamis, 11 Juni 2020.
Kereta Ratangga hanya akan mengangkut paling banyak 390 orang per rangkaian kereta. Karena itu, volume penumpang di setiap peron dibatasi maksimal 147 orang agar mereka yang telah menunggu di stasiun-stasiun dapat terangkut.
Jika satu peron telah terisi 147 orang, maka penumpang selanjutnya harus mengantre di bawah tangga atau area concourse stasiun. Kapasitasnya sama, yakni maksimal 147 orang yang menunggu di concourse stasiun.
Menurut William, antrean kedua ini baru diperbolehkan memasuki peron setelah antrean pertama seluruhnya sudah terangkut. "Yang dari concourse 147 itu akan naik ke platform (peron) membentuk antrean baru. Siap-siap menunggu kereta berikutnya datang," jelas dia.
Regulasi yang sama juga berlaku apabila penumpang mengular hingga ke luar pintu masuk stasiun. Dia berujar, petugas bakal mengarahkan penumpang untuk mengantre di luar pintu masuk.
William mengutarakan, pihaknya telah menyimulasikan skema ini guna mengantisipasi penumpukan penumpang. Dengan cara ini, dia mengklaim, jaga jarak atau physical distancing di luar stasiun atau disebut unpaid area akan tetap terwujud meski jumlah penumpang mencapai 70 ribu orang per hari.
"Kami sudah memperhitungkan bahwa sampai dengan kapasitas atau jumlah penumpang 70 ribu per hari pun dengan cara yang kami terapkan ini, MRT masih mampu mengelola antrean penumpang dengan baik," jelas dia.
Hingga kini, William melanjutkan, belum ada kepadatan meski jumlah pengguna per hari melonjak saat Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB transisi. Di hari pertama perkantoran buka pada masa PSBB transisi, 8 Juni 2020, penumpang MRT mencapai 12.279 orang.
Jumlahnya bertambah menjadi 12.815 pada 9 Juni dan menembus 13.308 satu hari berikutnya. William memperkirakan, angka ini akan naik 20-30 ribu orang per hari mengingat kegiatan perekonomian mulai dibuka. Sewaktu PSBB masih ketat, penumpang kereta bawah tanah itu rata-rata 1-2 ribu orang per hari.