TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Wiwik Widayanti menyampaikan, antrean penumpang di kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek akan selalu ada. Namun, bukan berarti terjadi kerumunan orang yang tak beraturan di areal stasiun.
"Antrean tidak bisa kami hindari di stasiun, tapi tetap kami jaga untuk physical distancing (jaga jarak fisik)," kata Wiwik dalam diskusi virtual, Sabtu, 13 Juni 2020.
PT KCI, kata dia, berupaya menjaga antrean penumpang tetap tertib dan disiplin mengikuti marka yang disediakan. Anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu juga sudah membatasi jumlah orang yang boleh memasuki stasiun hingga peron agar tak terjadi penumpukan.
Antrean calon penumpang KRL Commuter Line mengular hingga ke jalan di Stasiun Depok Lama, Depok, Jawa Barat, Selasa, 14 April 2020. Antrean tersebut dampak dari kebijakan pembatasan jumlah penumpang di setiap rangkaian kereta dalam rangka percepatan penanganan pandemi COVID-19. ANTARA
Menurut Wiwik, ada kuota maksimal volume penumpang yang diperbolehkan masuk stasiun dan menunggu kereta di peron. Apabila kapasitas maksimum telah terpenuhi, maka penumpang lain harus menunggu di luar stasiun.
Dia menambahkan, KCI menghitung kapasitas tersebut di stasiun dengan volume penumpang terpadat. Misalnya di stasiun Bogor, Cilebut, Bojong Gede, Depok, Rangkasbitung, Maja, Parung Panjang, Serpong, Bekasi, Cikarang, dan Tambun.
"Jadi ada beberapa zona di mana caloin penumpang dari setiap zona secara tertib sampai dengan pengaturan masuk ke KRL-nya," jelas dia.
Kepadatan penumpang di stasiun KRL Jabodetabek terjadi bahkan ketika Jabodetabek menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Antrean penumpang yang mengular hingga keluar stasiun pun terjadi di hari pertama perkantoran dibuka kembali pada masa PSBB transisi Jakarta, 8 Juni 2020.