TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, mengungkap kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek terancam gagal beroperasi jika pendapatan tiket terus tergerus. Akibatnya, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator berpotensi tak bisa membayar biaya operasional kereta.
"Dengan penurunan penumpang sebenarnya ada ancaman kegagalan operasi commuter line ketika biaya pendapatan operasi penjualan tiket tidak bisa menutup biaya operasional," kata dia dalam diskusi virtual, Sabtu, 13 Juni 2020.
Kegagalan operasi itu, lanjut dia, pernah dialami commuter line Bangkok, Thailand. Sudaryatmo berujar kegagalan itu dipicu sedikitnya penumpang kereta. Alhasil, operator jalan tol mengucurkan bantuan keuangan alias bailout untuk commuter line Bangkok.
Contoh lain gagalnya operasional commuter line Filipina. Dia mengatakan penumpang kereta di Filipina tinggi, tapi tarif rendah. Hal itu berimbas pada pendapatan tiket kerta yang tidak cukup menutup biaya operasional.
"Sehingga untuk mencegah supaya tidak ada kegagalan operasi, solusinya adalah meminta loan (pinjaman) kepada World Bank," ucap dia.
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Wiwik Widayanti menyampaikan, saat ini penumpang KRL Jabodetabek hanya sekitar 200 ribu orang per hari. Jumlah ini menurun drastis dari kondisi normal yang mengangkut rata-rata 1 juta orang per hari.