TEMPO.CO, Jakarta -Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mempertanyakan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengungkap positif rate di Ibu Kota telah turun menjadi 3,8 persen.
Menurut Tri, angka positif rate disebut telah turun jika angkanya tetap selama sepekan.
"Kalau baru dua hari belum bisa dibilang turun. Lihatnya itu angka sepekan. Penurunannya tetap atau tidak," kata Tri saat dihubungi, Jumat, 26 Juni 2020 terkait pernyataan Anies.
Menurut dia, angka kasus penularan virus corona di DKI masih turun naik. Artinya, virus belum bisa dikatakan terkendali. Selain itu, pernyataan Anies yang mengungkap angka reproduksi efektif turun (Rt) dari 0,99 menjadi 0,98 juga harus dikritisi lagi.
"Sebab, angka yang diambil itu angka tengah atau rata-rata. Berarti ada rentang di 0,96-1,2," ujarnya.
Menurut dia, Ibu Kota masih zona merah Covid-19. Untun itu, Tri menyarankan pemerintah untuk terus membatasi pergerakan warga dengan protokol kesehatan yang ketat karena telah memutuskan memasuki masa transisi new normal. "Sebab, Rt 0,98 atau 0,99 itu sebenarnya masih berbahaya. Transmisi lokal masih terus terjadi."
Selain itu, Tri menyarankan pemerintah agar mewajibkan warganya yang keluar menggunakan face shield atau pelindung wajah.
Sebab, protokol kesehatan umum seperti menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan tidak cukup dengan kondisi wabah belum terkendali.
"Jakarta mengambil risiko melonggarkan, maka kebijakan yang harus dilakukan adalah pengetatat protokol kesehatan kepada warganya," ujarnya.
Epidemiolog Tri juga mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan pagebluk ini menjadi dua kali lipat dari yang sekarang terjadi. "Karena outbreak pasti akan terjadi. Kalau misalnya dalam sepekan sekarang 400, nanti bisa menjadi 900 kasus baru."