TEMPO.CO, Bekasi -Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) mencapai 704 kasus sepanjang 2020 (Januari-Mei). Masih tingginya kasus ini, masyarakat diminta waspada terhadap penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini.
Kepala Bidang Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezi Syukrawati mengatakan dibandingkan periode yang sama ada peningkatan kasus sebanyak 3, dimana tahun lalu total Januari-Mei sebanyak 701.
"Kalau polanya naik turun setiap bulannya," kata Dezi ketika dihubungi pada Ahad, 28 Juni 2020.
Ia menyebut di bulan Januari jumlah kasus DBD sebanyak 75, lalu Februari 97, Maret 165, April 178 dan Mei 169. Ia menyebut lonjakan kasus terjadi bersamaan dengan pandemi virus corona. Adapun penyebaran paling banyak, kata dia, berada di Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Barat, dan Jatiasih.
"Alhamdulillah, pasien tidak ada yang sampai meninggal dunia," kata Dezi.
Ia mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Paling efektif untuk mencegah terjadinya kasus demam berdarah yaitu melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah masing-masing.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan ada gerakan tambahan bagi masyarakat selain mencegah penyebaran virus corona. Yaitu, mencegah munculnya penyakit demam berdarah dengue. "Selain virus Covid 19, juga harus waspada terhadap DBD yang kini mulai banyak kasusnya," kata dia.
Untuk mengantisipasi DBD, ia menyarankan masyarakat memakai lotion anti nyamuk dan terpenting rajin lakukan langkah 3M yaitu menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air dan mengubur sampah.
Sementara itu penyeberan virus corona di Kota Bekasi dianggap telah terkendali. Data terkini berdasarkan situs corona.bekasikota.go.id, jumlah kasusnya sebanyak 15 orang, sedangkan pasien dalam pengawasan dua orang.