5. Cari Beking
Bupati Bogor sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin. (ANTARA/M Fikri Setiawan)
Bupati Bogor Ade Yasin mengaku tengah mencari aparat yang diduga terlibat membekingi acara khitanan di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat, yang menjadi lokasi pentas penyanyi dangdut Rhoma Irama.
"Kami sedang mencari pihak-pihak yang terlibat mengamankan, orang yang nongkrongin, aparat di bawah, nanti terungkap," ucap Ade Yasin usai menghadiri peringatan HUT Polri di halaman Mapolres, Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu, 1 Juli 2020.
Kapolres Bogor AKBP Roland Ronaldy menepis dugaan mengenai adanya dugaan petugas yang tidak melakukan langkah pembubaran dan malah mengamankan acara.
"Itu masih kami periksa dulu, emang ada beking? saya rasa tidak ada. Yang ada adalah aparat yang di sana itu semua ada untuk mengecek protokol kesehatan," kata mantan penyidik di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
6. Penonton Konser Bakal Jalani Rapid Test
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor melacak atau tracking penonton yang hadir dalam pentas dangdut Rhoma Irama pada acara khitanan di Desa Cibunian, Minggu lalu. Kabupaten Bogor akan memberlakukan rapid test terhadap semua penonton pentas dangdut itu.
"Sekarang kami menunggu tracking-nya. Nanti kalau kita lihat datanya masuk ke Gugus Tugas Kabupaten Bogor, baru kami tentukan harinya," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Mike Kaltarina di Cibinong, Kamis 2 Juli 2020.
Mekanisme tracking ini dilakukan Dinkes Kabupaten Bogor dengan mengerahkan petugas di Kecamatan Pamijahan dan tim Satgas Siaga Corona (Sisca). Mereka mendata siapa saja yang hadir dalam acara khitanan yang diselenggarakan warga Desa Cibunian, Surya Atmaja.
7. Bikin Repot
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut geram dengan kasus tampilnya Rhoma Irama di Pamijahan, Bogor. Ia menyebut hal ini merepotkan penanganan Covid-19 di Jawa Barat.
“Ini contohnya, pada saat pelanggaran, yang repot siapa? Kepala daerah harus nyari Rapid-Test, cari PCR. Bayangkan kalau semua orang melakukan pelanggaran seperit itu,” kata Ridwan Kamil, dalam konferensi pers, Jumat, 3 Juli 2020.
Ridwan Kamil mengatakan, kerumunan yang melanggar protokol kesehatan seperti yang terjadi akibat pentas dangdut Rhoma Irama itu membuat penggunaan alat Rapid Tes dan PCR menjadi tidak efektif.
Sementara penggunaan Rapid Tes dan PCR itu diprioritaskan untuk menyisir kasus ODP, PDP, termasuk melakukan tracing kontak kasus positif untuk menghentikan penyebarannya.
“Dan bubar acaranya, semua orang harus di Rapid, itu akan melelahkan dan menghabiskan resources. Sementara karena keterbatasan, Rapid-Tes dan PCR (prioritasnya) kepada ODP, PDP, keluarganya, tracing-nya, dan sebagainya,” kata Ridwan Kamil.
ANTARA\ AHMAD FIKRI\MURTADHO