TEMPO.CO, Jakarta - Kota Bogor, Jawa Barat, kini tengah berjuang untuk melakukan pemulihan ekonomi yang terdampak Covid-19 pada new normal. Wali Kota Bogor Bima Arya mengibaratkan strategi pemulihan ekonomi ini seperti lomba maraton.
"Jadi bukan sprint, ini harus jangka panjang," kata Arya dalam acara Ngobrol Tempo pada Kamis malam, 9 Juli 2020.
Sebagai kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta, Bogor menjadi salah satu wilayah yang terdampak Covid-19. Meski demikian, Arya menyebut transmisi lokal kini cenderung bisa dikendalikan.
Saat ini, transmisi Covid-19 justru bergeser ke warga yang melakukan perjalanan dari luar kota. Sehingga, pemantauan pun kian digencarkan. Di saat yang bersamaa, Bogor pun sudah memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi hingga 16 Juli.
Menurut Arya, 30 persen pendapatan Bogor selama ini berasal dari sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Itu sebabnya, lockdown total bukan pilihan. "Kalau lockdown total, Bogor hanya bertahan sampai Oktober," kata dia.
Maka, kini dua strategi ditempuh. Pertama economic recovery dengan perlahan membuka kembali mal, pasar, dan rumah makan. Tapi, kata, recovery saja tidak cukup.
Sehingga strategi kedua adalah economic rebound. Arya berdikusi dengan pengusaha dan ekonom kampus. Dari situ, ternyata diketahui ada permintaan yang tinggi pada barang kerajinan dan dekorasi rumah. Sehingga, kini UMKM di Bogor diarahkan untuk masuk ke bisnis ini. "Ini ada efek jangka panjang untuk PAD (Pendapatan Asli Daerah)," kata dia.
Meski mal telah dibuka, ternyata minat masyarakat masih rendah. Hanya 30 sampai 40 persen mal dikunjungi masyarakat. Tapi sebaliknya, kegiatan bersepeda dan wisata alam di Bogor justru meningkat.
Walhasil dalam seminggu terakhir, Arya gencar menciptakan destinasi wisata baru yang aman di era Covid-19. "Jika ada sawah tempat berjemur, sungai untuk arung jeram, kami berdayakan," kata dia.
FAJAR PEBRIANTO