TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (epidemiolog) Tri Yunis Miko Wahyono, meminta Gubernur DKI Anies Badwesan tidak gegabah untuk memperpanjang pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi normal baru. Sebabnya, penularan virus Covid-19 semakin tinggi dan tidak terkendali.
"Dan setelah diperpanjang juga semakin tinggi. Harus belajar dalam menentukan kebijakan hari ini," kata Tri saat dihubungi, Kamis, 16 Juli 2020.
Hari ini adalah batas akhir masa perpanjangan transisi normal baru yang telah diterapkan sejak 3 Juli lalu. PSBB transisi fase pertama telah dimulai sejak 5 Juni 2020.
Pada fase pertama transisi, kata Tri, pemerintah telah membolehkan pembukaan sektor ekonomi hingga sosial seperti mal, rumah ibadah, hingga tempat pariwisata. Setelah sektor ekonomi dan sosial dibuka, angka penularan virus Covid-19 terus melonjak hingga tembus lebih dari 200 kasus per hari selama satu pekan terakhir ini.
Lonjakan kasus itu, kata dia, telah bisa diprediksi sejak DKI memutuskan transisi normal baru. Lonjakan kasus yang signifikan, pasti bakal terjadi karena DKI memulai transisi saat wabah belum terkendali. "Dan bisa dibuktikan sekarang wabah semakin meningkat dan sulit terkendali."
Tri menuturkan semestinya pemerintah kembali mengetatkan pembatasan sosial, bukan terus memperpanjang PSBB transisi ini. Ia khawatir jika pelonggaran terus dilakukan wabah akan sulit dikendalikan dan mengorbankan banyak orang.
"Salah satu kesalahan dalam transisi ini adalah pembukaan sektor ekonomi nyaris bersamaan." Pemerintah, kata Tri, belum benar-benar mengkaji kesiapan sektor yang dibuka dan dampak dari kebijakan pelonggaran.
"Kalau mau dibuka yang aman dulu.” Ia menyarankan untuk menugasi PNS yang masuk lebih banyak untuk memastikan kesiapan sektor yang mereka tangani.