TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Asphija) mengatakan selama masa pandemi Covid-19 dunia hiburan ikut sakratul maut. Pendapatan tempat hiburan tergerus ketika penutupan diberlakukan menyusul pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
"Sudah sakratul maut. Dari mulai ditutup tidak ada pendapatan," kata Ketua Umum Asphija Hana Suryani, kepada Tempo di depan Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa, 21 Juli 2020. Hana adalah salah satu demonstran yang unjuk rasa hari ini.
Dalam unjuk rasa, para pengusaha hiburan menuntut agar Gubernur Anies Baswedan mengizinkan tempat hiburan dibuka kembali. Mereka menilai kebijakan Anies Baswedan meresahkan masyarakat, terutama para pekerja di dunia hiburan.
Demonstrasi dilakukan mulai 09.00. Mayoritas demonstran mengenakan kaus berwarna putih dan membentangkan poster yang berisi protes mereka. "Kami sudah sering lapar. Pak Anies... gak inget kami."
Menurut Hana, kemandekan dunia usaha hiburan berlangsung sejak 24 Maret lalu. Para pengusaha mulai merasa berat ketika tempat hiburan ditutup. "Sudah cukup berat, empat bulan (tutup) tidak ada kabar, enggak ada protokol," ujar dia.
Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta diterima oleh tim Kesatuan Bangsa dan Politik dan Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan. Dalam pertemuan dengan pengusaha, kata Hana, pemerintah DKI Jakarta menyatakan sedang menggodok kebijakan membuka kembali tempat hiburan. "Nanti dikabari secepatnya."
IHSAN RELIUBUN | ENDRI KURNIAWATI