TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemberitaan Metro TV, Arief Suditomo mengapresiasi kepolisian yang telah mengungkap kasus kematian seorang karyawannya, Yodi Prabowo dengan kesimpulan sebagai bunuh diri. Karena kasus ini, Arief berujar perusahaannya akan kampanye tentang kesehatan mental.
“Metro TV akan berada di depan untuk mengampanyekan pentingnya dukungan terhadap kesehatan mental agar semakin banyak pihak yang peduli,” ujar Arief Suditomo dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 25 Juli 2020.
Dua pekan setelah mayat Yodi Prabowo ditemukan, Kepolisian Daerah Metro Jaya menyimpulkan penyebab kematian editor video di Metro TV sebagai tindakan bunuh diri. Salah satu indikasinya dilihat dari 4 luka tikaman di dada korban. Sebanyak 3 di antaranya tikaman dangkal 2 sentimeter dan 1 yang menembus paru-paru.
"Berdasarkan psikologi forensik, setiap orang yang bunuh diri ada luka percobaan bunuh diri. Dalam kasus ini, luka dangkal itu" ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat di kantornya, Sabtu, 25 Juli 2020.
Tubagus menuturkan, faktor lain yang menguatkan dugaan bunuh diri adalah pisau yang digunakan untuk menikam dada dan leher dibeli langsung oleh Yodi Prabowo di Ace Hardware. Selain itu, barang pribadi korban tidak ada yang hilang di sekitar lokasi penemuan mayat. Berikutnya, tidak ditemukan adanya tanda kehadiran orang lain di lokasi Yodi Prabowo tewas. Penyidik juga tak menemukan hal mencurigakan dari transaksi rekening dan percakapan WhatsApp korban.
"Tidak ada yang mencurigakan, tidak ada ancaman, atau yang lain di WhatsApp Yodi," ujar Tubagus.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan bahwa Yodi Prabowo mengonsumsi narkoba sebelum bunuh diri. Namun belum diketahui durasi korban mengonsumsi narkotika.
"Hasil pemeriksaan korban positif amfetamin," ujar Yusri di kantornya, Jakarta Selatan, Sabtu, 25 Juli 2020.