TEMPO.CO, Jakarta - Tren berkendara sepeda saat ini sedang berkembang pesat di Ibu Kota. Pemerintah DKI Jakarta mencatat peningkatan penggunaan sepeda di Jakarta mencapai 1.000 persen.
Kini para pesepeda dengan mudah terlihat berseliweran di jalanan Jakarta. Salah satunya di sepanjang kawasan perkantoran Jalan Sudirman hingga MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Selain untuk berekreasi para pesepeda itu mengatakan bahwa mereka menggowes sepeda itu untuk ke kantor.
"Intinya buat saya, menggunakan sepeda ini sekalian transportasi untuk kerja juga," ujar Hasan, kepada Tempo ketika melintas di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 25 Juli 2020.
Menurut dia, ketimbang bawa kendaraan, jika hari Sabtu, ia memilih menggunakan sepeda ke kantor. Hari itu, Hasan mengaku akan ke kantornya di sebuah bank kawasan Jakarta Pusat.
Pesepeda lain yang ditemui Tempo, Ahmad Hilal, mengatakan bersepeda tak hanya digunakan untuk berekreasi. Namun, sepeda bisa digunakan sebagai transportasi. Misalnya, kata pria 24 tahun ini, ketika berangkat kerja dengan jarak 30 kilometer pergi-pulang, ia memakai sepeda.
"Kebetulan rumah di Setia Budi, kantor di Sunter. Jadi saya setiap hari naik sepeda," kata Hilal. Selain itu, sepeda digunakan karena aktivitas bersepeda, katanya, sedang tren di Jakarta.
Sementara Nia, perempuan berkerudung ini memacu sepeda hanya di waktu tertentu. Bagi dia, sepeda digunakan sebagai alat penunjang rekreasi. "Karena setiap hari kita kerja, kan. Terus Sabtu-Minggu kita bisa olahraga," kata Nia, yang melintasi kawasan Bundaran Hotel Indonesia dengan empat rekan pria itu.
Nia mengatakan salah satu hambatan yang dihadapi dalam menggowes adalah jalur khusus sepeda. Menurut dia, menggunakan kekurangan lintasan khusus ini membuat pesepeda harus berhati-hati. "Kalau di sini kan rame banget, agak ngeri," kata Nia, sembari menunjuk sekeliling kawasan Bundaran HI.
Ketua Umum Komunitas Bike to Work Indonesia Poetoet Soedarjanto, mengatakan para pencinta sepeda sejauh ini masih memandang aktivitas bersepeda sebatas sarana olahraga dan rekreasi. Ia menilai hal itu dipicu oleh kebijakan pemerintah yang belum menganggap sepeda sebagai alat transportasi.
"Keberanian pemerintah dalam memberikan prioritas bagi 'transportasi hijau' sangat diperlukan," kata pria 52 tahun ini, ketika dihubungi Tempo, Kamis, 23 Juli 2020. "Perlu dukungan political will yang kuat dari pemerintah."
IHSAN RELIUBUN