TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog dan Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai cara bunuh diri dengan menikam pisau di bagian dada dan leher menggunakan pisau dapur, seperti yang dilakukan oleh Editor Metro TV Yodi Prabowo, masuk akal.
"Logis, itu adalah satu modus umum dalam bunuh diri," ujar Reza saat dihubungi Tempo, Ahad, 26 Juli 2020.
Reza menjelaskan, Yodi Prabowo melakukan bunuh diri dalam kondisi mental yang sangat tertekan dan di bawah pengaruh narkoba. Kondisi tersebut kerap membuat seseorang bunuh diri dengan membuat banyak luka.
"Depresi dan penyalahgunaan obat-obatan, efeknya terhadap risiko bunuh diri juga akan semakin tinggi. Caranya pun ekstrem," kata Reza.
Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat mewaspadai kondisi seseorang yang memiliki gejala depresi disertai konsumsi narkotika. Sebab, kondisi itu meningkatkan risiko bunuh diri dengan cara yang sama seperti Yodi.
Sebelumnya, polisi telah melakukan penyelidikan kasus pembunuhan Yodi sejak 2 pekan yang lalu. Beberapa upaya telah dilakukan polisi seperti mengecek CCTV, mengecek sidik jari dan DNA di Puslabfor Mabes Polri, mengerahkan anjing pelacak, hingga memeriksa 34 saksi sudah dilakukan polisi.
Dari hasil pemeriksaan itu, polisi menyimpulkan Yodi positif bunuh diri dengan menikam dadanya sebanyak 4 kali dan leher sebanyak 2 kali. Sebanyak 3 tikaman di dada dan 1 di leher berjenis dangkal dan hanya sedalam 2 sentimeter.
"Berdasarkan psikologi forensik, setiap orang yang bunuh diri ada luka percobaan bunuh diri. Dalam kasus ini, luka dangkal itu (buktinya)," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat.
Hasil penyelidikan juga mengungkap bahwa Yodi mengonsumsi narkotika amfetamin sebelum bunuh diri. Ia juga menjalani tes pemeriksaan HIV di rumah sakit. Pengaruh depresi dan pengaruh narkotika amfetamin diduga menjadi penyebab Yodi nekat mengakhiri hidupnya.