TEMPO.CO, Jakarta - Menghadapi rencana membuka kembali sekolah di masa pandemi Covid-19, sejumlah sekolah mulai mempersiapkan protokol belajar tatap muka.
Agar sesuai dengan protokol kesehatan, setiap kelas akan dibagi menjadi dua shift. Sekolah tatap muka dikhususkan untuk pelajaran yang memerlukan prakttik dan menjaga interaksi murid dan guru yang berusia di atas 45 Tahun.
Kepala Sekolah Dasar Negeri Palmerah 23, Ngajiwo, mengatakan dengan rasio per kelas 32 siswa, maka setiap hari hanya 16 siswa yang dihadirkan tiap kelas sesuai nomor urut absen. "Satu sampai 16 masuk hari Senin, 17-32 belajar di rumah. Hari Selasa, 17 sampai 32 masuk sekolah," kata Ngajiwo, kepada Tempo, Jumat, 7 Agustus 2020.
Dengan jumlah 32 siswa per kelas, jarak antarsiswa sangat dekat. "Jadi, itu cara antisipasi kita," ujar lelaki 50 tahun itu.
Selain melakukan shift belajar tatap muka, sekolah juga menyediakan tempat cuci tangan, hand sanitizer, penyemprotan disinfektan di sekolah, dan penggunaan masker. "Kendalanya barangkali, kita tidak mengetahui betul siswa tinggal di zona apa," ujarnya.
Sekolah dasar negeri yang berada di Jalan Rawa Belong II E, Palmerah, Jakarta Barat, ini juga hanya mengizinkan guru berusia di bawah 45 tahun untuk berinteraksi dengan siswa. "Di samping itu, kita juga melihat kondisi kesehatan guru itu dan keluarganya. Nanti ada asesmen antara pendidik, kepada orang tua murid," katanya.
Strategi yang sama juga dilakukan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK 13 Negeri Jakarta, Maimunah. SMK itu diklaim siap melakukan belajar tatap muka, namun hanya 50 persen siswa yang belajar di sekolah. Misalnya, kata dia, untuk kelas X masuk di minggu pertama, kelas XI di minggu kedua, dan minggu ketiga kelas XI.
Belajar tatap muka bergiliran itu dikhususkan bagi pelajaran kejuruan yang memerlukan praktik di sekolah. "Sementara di mata pelajaran teori, siswa belajar di rumah," kata Maimunah. Selain itu, setiap kelas dengan jumlah 36 murid, dibagi ke dalam tiga kelas.
Perempuan 58 tahun ini justru mengkhawatirkan risiko penularan Covid-19 di luar sekolah. Misalnya, jika tempat tinggal siswa masuk zona merah Covid-19, atau siswa yang menumpang kendaraan umum ke sekolah.
Maimunah menyatakan ada dua masalah dalam rencana belajar tatap muka di sekolah. "Yang jadi masalah itu tadi, penularan di jalan itu kita tidak tahu, itu satu," ucapnya. "Kedua, guru di SMK ini kebanyakan sudah di atas 45 tahun. Yang di bawah 45 tahun hanya 25 persen."
IHSAN RELIUBUN | TD