TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 170 petani Desa Simalingkar dan Sei Mencirim, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, akan unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta, Senin, 10 Agustus 2020. Mereka akan mengadukan masalah penggusuran rumah dan ladang yang sejak lima bulan lalu yang menurut mereka dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara II atau PTPN II.
"Kami tidak pulang sebelum berhasil. Lebih baik kami mati di Istana dari pada mati di sana," kata salah seorang petani, Sulaiman Wardana kepada Tempo di Gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia atau YTKI, Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Agustus 2020.
Petani berharap Presiden Jokowi memiliki hati nurani untuk para petani yang meminta keadilan.
Menurut para petani yang sebagian anggota Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Serikat Tani Mencirim Bersatu itu, PT Perkebunan Nusantara II menggusur 1.500 petani di dua desa.
"Kami mencari keadilan di Jakarta, pusat pemerintahan dan kekuasaan. Kami dari Medan Sumatera utara berharap Presiden tahu," ujar pegiat lembaga swadaya masyarakat Gerbang Tani yang mengadvokasi para petani, Haris Wiyono.
Sebanyak 150 orang dari 170 petani yang akan unjuk rasa itu berjalan kaki dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara ke Jakarta, selama 45 hari sejak 25 Juni 2020. 20 orang menumpang kendaraan setelah melewati beberapa hari perjalanan. Menempuh perjalanan 1.812 kilometer, mereka tiba di Jakarta Jumat malam, 7 Agustus 2020.
"Saya datang ke Jakarta ini untuk meminta keadilan di Istana. Biar anak cucu saya nanti tidak ikut tertindas PTPN II ini," ujar Surabru Sembiring, 63 tahun. Perempuan ini berkisah, setelah penggusuran rumah dan ladangnya, ia mengungsi ke rumah adiknya lantaran tak punya tempat tinggal lagi. Di YTKI, mereka menempati sebuah bangunan untuk tinggal sementara.
IHSAN RELIUBUN | ENDRI KURNIAWATI