TEMPO.CO, Jakarta -Terkait rencana teranyar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mendorong Pemerintah DKI untuk tidak memperpanjang lagi PSBB transisi fase pertama.
Menurut dia, langkah Anies mempertimbangkan penghentian PSBB Transisi mesti didukung karena penularan wabah corona semakin tak terkendali di Ibu Kota.
"Sudah seharusnya memang dihentikan. Hitung saja kasus mingguan tertinggi yang terjadi selama pandemi ini dengan mengkonversi atau menstandarkan banyaknya pemeriksaan (PCR)," kata epidemiolog tersebut saat dihubungi, Selasa, 18 Agustus 2020.
Baca juga : Anies Baswedan Mau Injak Rem Darurat Tarik PSBB Transisi, Apa Suara Warga DKI?
Tri menuturkan kasus mingguan tertinggi yang terjadi di DKI telah menunjukkan bahwa virus corona mulai mewabah kembali. Seharusnya, kata dia, pemerintah bisa dengan cepat menghentikan masa transisi ini, tanpa harus menunggu rasio positif di atas 10 persen dan rumah sakit rujukan overload.
"Sepertinya kasus mingguan tertinggi sudah terlampaui saat masa PSBB transisi ini. Saya mendorong untuk segera menghentikan PSBB transisi sebagai upaya menekan penularan Covid-19."
Menurut dia, selama masa transisi ini kasus penularan wabah semakin terlihat tinggi. Hal itu bisa dilihat dari angka rasio positif yang terus merangkak naik. Saat awal mula masa transisi rasio positif hanya berkisar 5 persen.
"Sekarang sudah beberapa pekan angkanya berada di atas 8 persen. Ini kan menunjukkan kalau wabah semakin menyebar," ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menghentikan PSBB transisi jika penularan wabah virus corona semakin tak terkendali.
Pemerintah bakal mengambil kebijakan kebijakan rem darurat atau emergency break policy apabila kurva penularan Covid-19 terus melonjak.
"Mengenai emergency brake dan lain-lain kami pantau hari-hari ke depan," kata Anies usai menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI di Balai Kota DKI, Senin, 17 Agustus 2020.