TEMPO.CO, Jakarta - Seorang jurnalis Hana Puspita, terkonfirmasi positif Covid-19. Dia membagikan ceritanya sebagai pasien Covid-19 melalui akun Instagram, @puspitahana pada 18 Agustus 2020.
Hana telah mengizinkan Tempo menulis kisahnya. Menurut dia, hampir 20 orang keluarga besarnya, termasuk ibu, suami, dan anak juga terinfeksi corona.
"Kok bisa? Karena kami beberapa keluarga tapi rumah berdekatan di inner circle yang sama," tulis dia.
Cerita Hana dimulai ketika sang suami dan dirinya meriang pada Senin, 27 Juli 2020. Hana juga merasakan demam dan batuk-batuk keesokan harinya. Tulang di sekujur tubuhnya juga nyeri.
Hana kemudian mengikuti tes cepat atau rapid test di hari ketiga dan hasilnya non-reaktif Covid-19. Namun, di hari berikutnya, dia masih demam dan batuk semakin intens.
Kali ini Hana memutuskan mengecek darah di salah satu rumah sakit. Hasil tes darah menunjukkan, dirinya negatif demam berdarah dan tifus. Tapi, "Besoknya, demam makin tinggi, batuk makin intens sampai muntah akhirnya balik ke IGD RS."
Hana pun menjalani tes cepat untuk kedua kalinya. Hasilnya masih sama, non-reaktif, meski tubuhnya sedang demam tinggi. Dokter juga meminta ronsen paru karena batuk yang diderita Hana.
"Hasil rontgen ada bercak-bercak putih di paru sehingga dinyatakan sebagai suspect Covid-19," ujar dia.
Dokter juga menganjurkan Hana diisolasi di rumah sakit. Akan tetapi, dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Keesokan harinya, Hana menyambangi puskesmas untuk dites usap atau swab serta cek darah.
Dia juga ikut rapid tes ketiga kalinya dan non-reaktif. Hana lantas dirujuk ke RSUD Tarakan, Jakarta Pusat sebagai suspek Covid-19.
"Sampai di ICU entah karena psikosomatik karena satu ruangan diisi lebih dari 10 pasien dengan kondisi kritis atau memang gejala corona makin parah, di situ aku demam sampai 40 derajat, batuk parah, sampai sesak napas. Akhirnya dibantu selang oksigen," tutur dia.
Besokannya dia dipindahkan ke ruang rawat khusus suspek Covid-19 dengan kondisi masih demam tinggi. Pernapasannya juga dibantu dengan selang oksigen. Hasil swab puskesmas positif Covid-19.
Seluruh keluarga besar Hana kemudian menjalani tes swab. Hampir 20 orang dinyatakan positif, termasuk sang ayah yang dinyatakan meninggal karena Covid-19.
Ia mengisahkan keluarganya tak memberitahu jika sang ayah sudah meninggal. Namun akhirnya hal itu diketahuinya. "Di situ aku menangis sejadi-jadinya," tulis Hana.
Ia hanya bisa melihat jenazah almarhum ayahnya yang difoto oleh dokter. Ia tak menyangka jika sang ayah meninggal dengan protokol Covid-19.
Hana menyatakan, kondisinya kini semakin membaik dan masih diisolasi.
"Alhamdulillah saat ini meski masih dirawat di RSUD Tarakan, kondisiku makin membaik. Keluarga juga Alhamdulillah bisa isolasi mandiri di rumah," ujarnya.