TEMPO.CO, Jakarta - Akun Twitter milik epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono diduga diretas. Rabu malam 19 Agustus 2020, akun pribadinya @drpriono mengunggah dua foto yang memperlihatkan Pandu dengan seorang perempuan.
Masing-masing foto diunggah pada pukul 21.59 dan 22.04. Cuitan pukul 21.59 memuat foto dengan keterangan "habis liburan bersama mamah muda di Sydney."
Cuitan lainnya menuliskan kata 'mamah kedua'. Saat dikonfirmasi, Pandu membenarkan peretasan itu. "Ya," kata dia.
Dua cuitan terakhir @drpriono adalah keterangan Twitter Web App di bawah tulisannya. Sedangkan cuitan-cuitan sebelumnya atau setidaknya pada 10 cuitan terakhir, tertulis keterangan Twitter for Android.
Kamis pagi, 20 Agustus 2020, cuitan pukul 21.59 dihapus.
Baru-baru ini, Pandu Riono mengkritik validitas riset kombinasi obat Covid-19 yang dibuat Universitas Airlangga atau Unair. Terdapat tiga kombinasi bikinan universitas itu, yakni Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin; Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline; serta Hydrochloroquine dan Azithromyci.
Pandu mengatakan bahwa obat kombinasi Covid-19 buatan Unair dan BIN itu belum diregistrasi uji klinis Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Padahal, menurut dia, terdapat persyaratan uji klinis obat yang sesuai standar internasional dan harus diregistrasi uji klinis oleh WHO. Jika belum memenuhi syarat itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bisa menolak pengajuan izin edar dan produksi obat kombinasi Covid-19.
“Masih perlu dikaji apakah semua prosedur sudah dijalankan, dan review tingkat validitasnya,” kata Pandu kepada Tempo, Senin, 17 Agustus 2020.
Pandu juga menilai seharusnya laporan riset obat kombinasi itu dilaporkan Unair ke BPOM. Bukan ke TNI atau BIN sebagai sponsornya. Langkah Unair disebut tidak sesuai dengan prosedur. “Yang terjadi TNI dan BIN yang mendaftarkan ke BPOM. Aneh, kan?”
Pandu menilai bahwa sejak awal, riset terkesan ingin mencari jalan pintas, mengabaikan prosedur ilmiah dan didiskusikan masyarakat ilmiah atas nama kedaruratan. “Padahal WHO mensponsori solidarity multi country clinical trials mengikuti semua prosedur.”
Sementara itu, Rektor Unair, M. Nasih mengatakan uji klinis obat kombinasi sudah dilaksanakan sesuai protokol yang disetujui BPOM. Dia menjelaskan, uji klinis obat kombinasi dilakukan terhadap 754 subyek. Jumlah ini melebihi target dari BPOM yang hanya 696 subyek.
Uji klinis fase 3 ini dilaksanakan pada 7 Juli-4 Agustus 2020 di RSUA, Dustira (Secapa AD), Pusat Isolasi Rusunawa Lamongan, dan RS Polri Jakarta. “Uji klinis sesuai protokol uji klinis yang sudah disetujui oleh BPOM melalui PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik),” kata Nasih saat dikonfirmasi.
M YUSUF MANURUNG | ROSSENO M. AJI