TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja, berharap modul manajemen pengelolaan Kampung Susun Akuarium yang tengah disusun dapat diadopsi di rumah susun sewa atau rusunawa Jakarta berbasis komunitas.
Dia mengatakan, pemerintah DKI gagal dalam aspek manajemen pengelolaan rusunawa.
"Kenapa kami menyiapkan ini, karena kami tahu bahwa manajemen rusunawa DKI selalu menyisakan justru orang tidak bisa bersih, terlalu banyak batasan-batasan yang tidak masuk akal. Studinya sudah banyak sekali soal kegagalan manajemen rusunawa di DKI," kata dia dalam diskusi virtual, Senin, 24 Agustus 2020.
Rujak Center bersama dengan Jakarta Property Institute dan salah satu manajemen properti internasional sedang merumuskan modul pengelolaan rumah susun atau rusun di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara. Pembahasannya juga melibatkan warga Kampung Akuarium.
Pembangunan hunian ini berkonsep kampung susun, sehingga dinamakan Kampung Susun Akuarium.
Pemerintah DKI berencana membangun Kampung Susun Akuarium pada September 2020. Nantinya akan ada lima blok kampung susun dengan total 241 unit hunian di atas tanah seluas 10.300 meter persegi itu.
Elisa menyampaikan akan ada lima modul manajemen pengelolaan kampung susun. Isinya soal kepenghunian, keuangan, kebencanaan, kebersihan, dan hal teknis atau engineering.
Kepenghunian mengatur teknis perpindahan unit ke koperasi warga apabila penghuni tak lagi menempati rusun.
Salah satu isi modul keuangan membahas ihwal penghitungan biaya perbaikan rusun. Selanjutnya, modul kebersihan mendetail bagaimana peran serta warga dalam membersihkan rusun.
"Saat ini kami sudah membuat tiga modul. Yang agak susah finance (keuangan), karena harus menghitung sinking fund (seperti dana cadangan), ke depannya harus berapa uang untuk perbaikan dan juga soal engineering," ujar dia.