TEMPO.CO, Jakarta - Klaster keluarga dianggap sebagai penyebab Kota Depok kini memiliki resiko tinggi penularan Covid-19 alias zona merah.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana mengatakan, dalam tiga minggu terakhir, klaster keluarga di Kota Depok terus meningkat.
Ia pun mengatakan, musababnya karena hampir sebagian besar warga Depok bekerja dan beraktivitas di luar kota.
“Saya tidak mencatut wilayah karena menyangkut sensitivitas antar daerah, yang jelas banyak (disumbangkan) dari luar Depok yang berdampak pada penularan di rumah tangga,” kata Dadang saat dikonfirmasi, Selasa, 25 Agustus 2020.
Dadang menyebut, penyumbang terbesar klaster keluarga ini berasal dari klaster perkantoran yang merebak di luar Kota Depok. “Banyaknya dari pekerja di perkantoran, ada yang di perbankan ada yang di rumah sakit, itu terdampak penularan di level keluarga. Jadi klaster pekerja berdampak pada klaster-klaster keluarga di Depok,” kata Dadang.
Sebagai upayanya, Dadang menekankan, seluruh masyarakat mulai dari tingkat RT, RW hingga Camat, melakukan pengetatan kampung siaga Covid-19 yang telah dibentuk semasa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Dalam kesempatan ini, kami memohon kepada seluruh warga untuk mulai memproteksi diri dari ancaman penularan Covid-19 melalui personal lockdown, selalu menggunakan masker dalam beraktifitas, menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan menghindari keramaian,” kata Dadang.
Untuk diketahui, data Covid-19 di Kota Depok pada Senin 24 Agustus 2020, total kasus positif mencapai 1945 kasus dengan rincian 1263 orang diklaim sembuh, 65 orang meninggal dunia, sementara sisanya sebanyak 617 orang masuk dalam kasus aktif.