TEMPO.CO, Jakarta -Perpanjangan keempat PSBB transisi fase pertama bakal berakhir hari ini. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum mengumumkan akan memperpanjang lagi PSBB transisi atau menarik kebijakan rem darurat.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, menyebut pemerintah DKI perlu menjamin seluruh warga, khususnya yang miskin. Sebab, dia menyebut, risiko penularan Covid-19 di Jakarta empat kali lebih tinggi dari provinsi lain.
"Situasi sekarang ini sudah tidak bisa ditawar, karena DKI empat kali lebih berisiko daripada Jawa Timur, delapan kali lebih berisiko dari Jawa Tengah, 16 kali dari Jawa Barat," kata dia saat dihubungi, Kamis, 27 Agustus 2020.
Baca Juga: Hari Terakhir PSBB Transisi, Satpol PP Gelar Razia Masker di Jakarta Timur
Risiko penularan virus corona di Ibu Kota lebih besar mengingat tingginya jumlah penduduk ketimbang provinsi lain. Salah satunya dengan penjaminan masker bagi warga miskin sebagai salah satu cara untuk menekan penyebaran Covid-19.
Cara kedua adalah pemerintah DKI membuat kampanye besar-besaran soal memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak demi menekan penyebaran Covid-19.
Kampanye itu bisa dilakukan di media sosial dengan menggaet tokoh masyarakat, agama, dan kalangan milenial. Atau bisa juga dengan memasang baliho, spanduk, dan poster.
"Yang ketiga ya memang harus ada denda tegas. Sudah berjalan, tapi harus terus ditingkatkan," ujar dia.
Sementara itu, jumlah pasien positif Covid-19 Jakarta terus bertambah 500-600 orang per harinya. Angka ini tak kunjung melandai, bahkan terus melonjak setelah Jakarta masuk masa PSBB transisi. Persentase pasien positif alias positivity rate Covid-19 DKI dalam sepekan terakhir mencapai 10 persen.