TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Syahrizal Syarif mengingatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serius menangani wabah Covid-19 di ibu kota. Penularan Covid-19 yang semakin tinggi berpotensi menyebabkan terjadinya krisis di fasilitas kesehatan.
"Beban perawatan saat ini sekitar 37.000 pasien secara nasional," kata Syahrizal melalui pesan singkatnya, Jumat, 28 Agustus 2020.
Epidemiolog itu memberi contoh, pasien Covid-19 di Jakarta dan Surabaya sudah mulai kesulitan mencari tempat tidur di rumah sakit rujukan untuk mendapatkan perawatan.
Hingga hari ini kasus positif secara nasional telah mencapai 162 ribu. Sebanyak 37 ribu di antaranya masih menjalani perawatan. Menurut dia, jika telah mencapai 500 ribu kasus yang terpapar Covid-19 maka bakal ada kebutuhan 130 tempat tidur. "Ini yang bakal menjadi beban berat bagi fasilitas kesehatan."
Baca: Anies Perpanjang Lagi PSBB Transisi, Epidemiolog: Warga Wajib Punya 3 Masker
Tingkat okupansi tempat tidur unit perawatan intensif (ICU) di 67 RS rujukan Covid-19 di Jakarta juga sudah mencapai 71 persen dari kapasitasnya, 483 tempat tidur.
"Berdasarkan data terakhir pada 23 Agustus, dari jumlah tempat tidur ICU sebanyak 483 di 67 RS rujukan, persentase digunakan sebesar 71 persen," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2020.
Dengan demikian, tempat tidur ICU untuk Covid-19 kini tersedia sekitar 140 unit di 67 RS rujukan Covid-19.
Syahrizal memperkirakan jumlah kasus bakal mencapai lebih dari 500 ribu pada tahun depan. Bahkan ia memperkirakan angka 500 ribu kasus paling lama tercapai pada Februari 2021.
Data tersebut didapatkan dari hasil perhitungan penambahan kasus yang cukup tinggi dalam waktu singkat. Hal itu dapat dilihat dari jumlah 50 ribu kasus pertama di Indonesia dalam waktu 114 hari.
Penambahan 50 ribu kedua didapat dalam waktu 33 hari dan penambahan 50 ketiga hanya butuh waktu 23 hari. "Situasi sudah kacau dan mengkhawatirkan," ujarnya. "Kacau dalam ketidak disiplinan terhadap protokol kesehatan dan mengkhawatirkannya karena angka penambahannya akan jadi beban tenaga kesehatan."