TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Syahrizal Syarif, mengatakan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta menjadi tolok ukur bagi provinsi lain.
Dia khawatir pemerintah DKI bakal kewalahan menampung pasien Covid-19 karena tempat tidur isolasi mulai menipis.
"Saya khawatir kalau DKI saja saat ini sudah mulai kewalahan, apalagi di daerah," kata dia saat dihubungi, Senin, 31 Agustus 2020.
Menurut Syahrizal, kapasitas pelayanan kesehatan di provinsi lain tidak seperti DKI. Jumlah RS rujukan Covid-19 di Bodetabek misalnya tidak sebanyak Ibu Kota. Itulah mengapa sejumlah pasien corona dari Bodetabek kemudian dirujuk ke rumah sakit Jakarta.
Belum lagi terdapat masalah kualitas dokter di Bodetabek dan provinsi lainnya yang berbeda dengan Jakarta. Syahrizal berujar, perlu ada tim dokter untuk menangani pasien Covid-19. Tim terdiri dari dokter paru, penyakit dalam, dan lainnya.
"Kualitas dokter tidak sama di Jakarta dan (daerah) penyangga. Timnya ada tim kelas 1 dan kelas 2 lah, apalagi kita bicara dokter di Papua, Maluku, Kalimantan Timur, kayak apa," kata dia.
Menurut Syahrizal, sebenarnya di kawasan Bodetabek punya RSUD yang cukup baik. "Tapi kan jomplang ya," kata dia.
Namun, saat ini kapasitas ruang isolasi dan ICU di rumah sakit rujukan DKI pun sudah terisi 70 persen. Dinas Kesehatan DKI mencatat jumlah tempat tidur isolasi mencapai 4.456 unit dan ruang ICU 483 unit.
Syahrizal mengutarakan, setidaknya pemerintah DKI harus menyiapkan 20 ribu tempat tidur isolasi atau dua kali lipat dari kapasitas saat ini. Sebab, jumlah pasien positif corona di Jakarta terus bertambah, bahkan ada 1.114 kasus baru pada 30 Agustus.