TEMPO.CO, Jakarta - Dua bulan terakhir dr Erlina Burhan seperti tak punya jeda beristirahat. Tingginya kasus positif Covid-19 di Ibu Kota membuat dia dan tenaga kesehatan lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Persahabatan pontang-panting menerima pasien yang datang silih berganti.
Erlina mengisahkan, saban hari pasien dengan gejala sesak nafas dan bahkan ada yang sekarat datang ke rumah sakit rujukan khusus pasien Covid-19 itu.
Baca Juga:
"Sejak awal Juli ICU (Intensive Care Unit) selalu penuh karena keluar masuk pasien begitu cepat. Sekarang juga sudah penuh," kata dokter spesialis paru itu kepada Tempo, Senin, 7 September 2020.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Anies Baswedan Siapkan Paket Kebijakan Baru
Sebelumnya sempat dikabarkan blok Melati di rumah sakit itu ditutup lantaran tenaga kesehatan kelelahan. Penutupan dimaksudkan agar dokter dan tenaga kesehatan bisa memulihkan tenaga yang terkuras mengurus pasien Covid-19.
Kabar ini kemudian buru-buru dibantah. Pelaksana tugas Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Persahabatan Mursyid Bustami mengatakan Gedung Melati tidak ditutup. Menurut dia, operasional blok itu hanya dihentikan sementara waktu untuk sterilisasi ruangan.
"Bukan ditutup, tapi tadi sudah disampaikan dibersihkan, dekontaminasi supaya nanti bisa dipakai kembali," kata dia dalam konferensi pers virtual, Selasa, 1 September 2020.
RSUP Persahabatan harus bersiap menghadapi situasi terburuk karena saat ini angka kasus positif belum menunjukkan tanda-tanda turun. Meningkatnya pasien ini seiring dengan pelonggaran yang dilakukan pemerintah sejak masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi.
Erlina mengatakan sejak bulan lalu, pasien yang datag berkisar 50 hingga 70 orang per hari. Penambahan pasien tersebut, menurut dia, membuat petugas kewalahan.
Bahkan per 31 Agustus kemarin, 126 pegawai di antaranya dinyatakan positif Covid-19. Dari jumlah tersebut 75 orang masih positif, 49 negatif, dan dua meninggal. RS Persahabatan mempunyai pegawai 2.141 orang. "Kami berharap pemerintah serius menekan penularan wabah ini," ujar dia.
Pemerintah belum terlihat maksimal mengatasi wabah ini. Sejak perekonomian dibuka, wabah ini makin mengkhawatirkan. Jumlah kasus positif di Jakarta saja selama sepekan terakhir rata-rata 1000 an orang per hari.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti mengatakan peningkatan pasien Covid-19 terlihat dari rasio keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan yang terus meningkat. Rasio penggunaan tempat tidur di rumah sakit rujukan saat ini telah berkisar 70-80 persen. Pada Juli lalu rasio penggunaan tempat tidur masih 34 persen, lalu meningkat menjadi 45 persen dalam dua pekan.
Pemerintah DKI pun mengambil inisiatif menambah tempat tidur untuk menurunkan rasio penggunaan bangsal rumah sakit rujukan hingga di bawah 60 persen. Sejumlah langkah diambil Pemerintah DKI, di antaranya mengubah Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng dan Pasar Minggu menjadi khusus untuk menangani Covid-19.
"Dua rumah sakit itu sudah diputuskan untuk menambah kapasitasnya dan menjadi full Covid-19," ujar Widyastuti. Dua rumah sakit itu bakal menambah 40 tempat tidur ICU dan 317 tempat tidur isolasi untuk pasien Covid-19.
Pemerintah juga menjajaki kerja sama dengan 11 rumah sakit swasta agar mau menjadi rumah sakit rujukan. Saat ini, Pemerintah DKI mempunyai 4.054 tempat tidur isolasi dan 513 tempat tidur ICU di 67 rumah sakit rujukan. Pemerintah nantinya menargetkan meningkatkan tempat tidur isolasi menjadi 4.800 unit dan ICU 650 kamar tidur.
Selain itu, DKI telah merekrut 1.000 tenaga kesehatan baru untuk membantu penanganan pasien Covid-19. Penambahan tersebut berdasarkan kajian kebutuhan tenaga kesehatan hingga Desember 2020. "Kebutuhan itu kami hitung baru dari permintaan RSUD dan RS vertikal. Sementara ada beberapa rumah sakit lain berproses mengajukan permintaan," katanya.