TEMPO.CO, Jakarta -Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, menyampaikan penularan Covid-19 tetap ada meskipun DKI Jakarta kini PSBB jilid 2 yang diperketat.
Dia berpendapat, toko dan mal yang tetap dibuka berpotensi menjadi titik penularan Covid-19, karena ada kerumunan, meski Jakarta sudah memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar alias PSBB.
"Pastinya kalau ada kerumunan akan ada transmisi. Karena toko-toko dan mal masih dibuka di Jakarta," kata dia saat dihubungi, Selasa, 15 September 2020.
Baca juga : Epidemiolog: Ganti Sanski Masuk Peti Mati dengan Menyapu Sepanjang 1 Kilometer
Tri memperkirakan kebanyakan pegawai mal dan toko inilah yang memanfaatkan transportasi umum selama PSBB. Sementara itu, sedikit pegawai di kementerian yang naik kendaraan publik.
Di hari pertama PSBB Jakarta diperketat pada 14 September, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat volume penumpang hingga pukul 08.00 WIB mencapai 92.546 orang. Angka ini menurun 19 persen ketimbang jumlah penumpang pada Senin pekan lalu di waktu yang sama, yaitu 114.075 orang.
Tri mengingatkan pemerintah DKI untuk memantau sejumlah indikator selama PSBB jilid 2. Indikator ini, dia melanjutkan, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Indikator yang dimaksud adalah berapa warga yang menggunakan masker dan jumlah karyawan bekerja dari rumah alias work from home (WFH) atau masih bolak-balik kantor.
"Kalau gagal tahu titik gagalnya di mana," ucapnya.
Pemerintah DKI masih mengizinkan seluruh perkantoran dibuka dengan syarat jumlah orang maksimal 25 persen dari kapasitas.
Mal-mal juga tetap beroperasi. Sementara restoran dan jenis usaha serupa boleh buka, tapi tak melayani makan di tempat. Pemerintah hanya menutup tempat rekreasi dan mengurangi jam operasional transportasi umum secara bertahap.