TEMPO.CO, Jakarta -Alya Rafi, seorang pedagang kue di daerah Kampung Rambutan, Jakarta Timur belum melihat urgensi penggantian seragam satuan pengamanan atau Satpam saat pandemi Covid-19 sekarang.
Menurutnya, di era pagebluk prioritas jajaran kepolisian seharusnya bisa diarahkan ke hal lain yang lebih mendesak.
“Gak terlalu penting sekarang, apalagi sekarang di era Covid-19 banyak hal yang harus didahulukan oleh Kapolri,” kata dia ketika dihubungi Tempo, Kamis 17 September 2020.
Kendati belum melihat urgensi seragam baru itu, dia secara umum sepakat jika memang nantinya seragam Satpam diganti menjadi warna cokelat. “Sebenarnya gak apa-apa, toh bikin kalangan Satpam seneng. Yang biasanya dianggap remeh sekarang merasa lebih dianggap,” kata dia.
Baca juga : Kapolri Sebut Seragam Satpam Diganti Cokelat, Kompolnas: Jangan Disalahgunakan
Ihwal potensi kerancuan yang disebabkan oleh kesamaan warna, menurutnya bisa diatasi dengan mengidentifikasi wilayah tugas.
“Misalnya yang biasa jaga didepan kantor atau diperumahan udah pasti satpam, gamungkin polisi. Pun kalau tertukar saya rasa gamasalah, kan sama-sama tugasnya melayani rakyat,” tuturnya.
Kapolri Jendral Idham Azis sebelumnya menginstruksikan mengganti warna seragam Satpam menjadi cokelat. Selain itu, sesuai dengan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia No.4 Tahun 2020, diinstruksikan pula menyematkan tanda kepangkatan anggota Satpam di pundak bagian kiri dan kanan.
Muhammad Edwin, seorang mahasiswa yang berdomisili di Ciracas, Jakarta Timur mengatakan Polisi harusnya mensosialisasi perbedaan antara seragam Satpam dan Polisi. Kerancuan menurutnya bisa berimplikasi panjang, hingga penyelewengan tugas.
“Polisi harus mensosialisasikan lagi untuk memperjelas. Entah dari simbol atau lambang kepangkatan. Agar Satpam nantinya tidak menyelewengkan posisinya,” kata Edwin.
Berbeda dari Edwin dan Alya yang cenderung sepakat atas perubahan warna, adapun Aulia, seorang warga Cibubur, Jakarta Timur tidak sepakat dengan pergantian warna jajaran Satpam. “Menurut saya tidak usah diganti. Kita nanti nggak bisa bedain. Jadinya nyaru, karena nggak semua orang paham batch,” demikian Aulia.
RAFI ABIYYU | DA