TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Resor Kepulauan Seribu menyimpulkan bahwa lima anak buah kapal atau ABK yang mayatnya disimpan dalam ruangan pendingin (freezer) di Kapal Motor Starindo Jaya Maju VI meninggal karena tindakannya sendiri.
"Dari hasil penyelidikan, persesuaian keterangan saksi-saksi, petunjuk, dan hasil visum et repertum dapat disimpulkan bahwa lima jenazah tersebut meninggal dunia akibat mengkonsumsi miras oplosan," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kepulauan Seribu, Ajun Komisaris Fahmi Amarullah dalam keterangan tertulis pada Senin, 21 September 2020.
Kelima ABK itu adalah M. Zulkarnen, 24 tahun, Putra Enggal Pradana (19), Khoirul Muttaqin (24), Miftahul Huda (21) dan Muchamad Son Haji (27). Hasil visum terhadap kelima jenazah, kata Fahmi, menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan, melainkan positif mengonsumsi alkohol serta isi lambung yang kosong.
Fahmi menjelaskan, kejadian bermula saat Son Haji membeli alkohol dan minuman sachet pada Kamis, 3 September 2020. Sekitar pukul 15.30, dia mengajak rekan-rekannya sesama ABK untuk minum, yakni Zulkarnen, Enggal, Muttaqin, Miftahul, Edi Sutrisno, Dendi Wiryanto, Chandra Budi, dan Tigiyanto.
"Mengonsumsi minuman Kuku Bima ENER-G! rasa anggur yang dicampur dengan alkohol 70 persen antiseptik merk SEINO," ujar Fahmi.
Keesokan harinya, kata Fahmi, Zulkarnaen didapati oleh nahkoda kapal meninggal di ruang istirahat kapal. Tidak berselang lama, Enggal mengalami sesak nafas dan tewas pada pukul 21.00. Dua jam kemudian, Muttaqin mengaku merasakan pusing dan akhirnya meninggal. Sedangkan korban Miftahul dan Son Haji meninggal pada Sabtu, 5 September 2020.
"Akibat yang dirasakan korban setelah mengonsumsi minuman oplosan tersebut adalah badan terasa lemas, kejang-kejang, perut terasa mual, kepala pusing, suhu badan panas, sesak nafas dan tidak lama kemudian meninggal dunia," kata Fahmi.
Atas rentetan kematian tersebut, nahkoda kapal disebut ingin mencari penyebabnya. Dia lantas mengamankan beberapa barang bukti dan berinisiatif menempatkan para korban di dalam ruangan pendingin kapal.
"Agar para korban tetap dalam kondisi utuh dan tidak membusuk," kata Fahmi.