TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan hingga Selasa kemarin, 22 September 2020, tingkat kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan masih rendah di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Pelibatan anggota TNI hingga polisi melalui Operasi Yustisi untuk menegakkan protokol kesehatan tidak ampuh meningkatkan kesadaran warga.
Pemerintah harus lebih bekerja keras dalam mengedukasi warga untuk meningkatkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan selama PSBB. "Kalau mereka tidak tahu gunanya masker sampai kapan pun sulit meningkatkan kesadaran mereka meski militer sudah turun," ujar Tri, kemarin.
Dalam dua pekan terakhir, kasus Covid-19 masih tembus di atas 1.000 kasus. Pada sepekan PSBB Jilid 2, Pemerintah DKI mengumumkan penambahan 1.310 kasus pada Senin, 21 September 2020. Dengan penambahan tersebut penularan Covid-19 di Ibu Kota telah mencapai 64.196 kasus.
PSBB total tidak bisa ditawar lagi jika kasus Covid-19 di Jakarta masih tinggal setelah 14 hari PSBB Jilid 2. "Tidak ada cara lain selain PSBB total," kata Tri.
Pemerintah DKI telah menerapkan PSBB sejak Senin, 14 September lalu. Menurut pakar wabah itu, PSBB selama sepekan ini terlihat belum bisa menekan penularan Covid-19. Dia menuding perkantoran baik milik pemerintah maupun swasta sebagai salah satu sumber penularan. Apalagi pusat perbelanjaan masih leluasa beraktivitas.
Sejumlah kementerian bahkan telah menjadi Covid-19 dan menyumbang banyak bertambahnya kasus infeksi Covid-19. "Kalau masih terus dibuka, potensi penularan bakal terus meningkat karena perkantoran sudah banyak menjadi klaster penularan Covid-19."