TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan PSBB Jakarta perlu waktu paling tidak satu bulan untuk memperlihatkan hasil. Efektivitas pembatasan sosial ini belum bisa diketahui hanya dalam waktu dua minggu.
"Baru kelihatannya itu nanti, bukan saat itu kita lakukan PSBB langsung kelihatan hasilnya di dalam pola penambahan angka," kata dia saat dihubungi, Senin, 28 September 2020.
Dicky memaparkan masa inkubasi virus corona umumnya sekitar dua minggu, sehingga orang yang terinfeksi Covid-19 baru merasakan gejala dalam periode dua minggu ke depan. Artinya, penambahan kasus hari ini merupakan dampak dari penularan 2-3 minggu lalu.
Epidemiolog ini berujar dua minggu adalah waktu yang singkat untuk menekan penyebaran virus dengan situasi saat ini. Apalagi, hasil tes swab PCR tidak keluar dalam waktu cepat. Mereka yang diperiksa perlu menunggu beberapa hari bahkan minggu.
Idealnya warga menerima hasil tes swab di hari yang sama dengan pemeriksaan atau real time. Dicky memaparkan, hasil tes real time bakal mempermudah penghitungan dan analisis.
"Tapi yang saat ini terjadi banyak yang belum real time kan. Malah saya dapat informasi ada tenaga medis juga ternyata lebih dari dua minggu hasilnya," jelas dia.
PSBB Jakarta diperketat mulai 14 September 2020, namun penambahan kasus baru Covid-19 masih di atas seribu per hari.
Baca juga: Mulai Turun, Pasien Positif Covid-19 DKI Jakarta Hari Ini Bertambah 807 Orang
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan, kasus aktif pasien Covid-19 pada masa PSBB jilid 2 menurun sehingga pembatasan diperpanjang 14 hari lagi hingga 11 Oktober mendatang.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat kasus harian di 12 hari awal September 2020 mencapai 3.864 orang atau setara 49 persen. Sementara penambahan kasus harian pada 12 hari awal pengetatan PSBB sebanyak 1.453 orang atau 12 persen.
Menurut Anies, tanpa PSBB ketat bakal ada penambahan kasus harian Covid-19 di Ibu Kota mencapai dua ribu orang pada pertengahan Oktober 2020.