TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana mengakui adanya hambatan dalam metode pembelajaran jarak jauh alias PJJ selama pandemi Covid-19.
Salah satunya adalah hambatan dalam capaian belajar dan menyalurkan materi belajar online itu.
"Seluruhnya mungkin terkaget-kaget pada saat awal kami melakukan PJJ pada saat itu yang hasilnya hambatan capaian. Kami memang melihatnya tidak bisa dinafikan ada hal-hal yang terhambat," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 30 September 2020.
Nahdiana memaparkan ada sekitar 1,7 juta siswa di Ibu Kota yang harus mengikuti PJJ. Kemudian 81 ribu guru ditambah peranan orangtua yang turut memantau pembelajaran anak di rumah. Menurut dia, tak semua dari mereka memiliki akses dan kualitas yang sama selama PJJ.
Baca juga: Kemenag Gandeng 5 Operator Dukung Pembelajaran Jarak Jauh Siswa Madrasah
Dinas Pendidikan tak mau guru terjebak hanya sekadar memberikan tugas kepada siswa secara daring. Alhasil, proses pembelajaran dan transfer ilmu pengetahuan tidak tercipta.
Sementara proses pembelajaran siswa juga terhambat karena pelbagai faktor. Salah satunya yang banyak dialami adalah ketidakmampuan orangtua siswa membeli kuota internet.
Kesulitan mengakses fasilitas penunjang belajar juga jadi masalah bagi siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Pada jenjang SMK, Nahdiana berujar, siswa fokus mengasah kompetensi, sehingga diperlukan beberapa peralatan praktikum.
"Kebutuhan-kebutuhan praktikum di lapangan tidak semua bisa tergantikan dengan virtual praktikum. Ini yang memang menjadi persoalan spesifik," ucap dia.
Kemudian besarnya peran orangtua memantau proses belajar anak di rumah. Dia menyampaikan, orangtua harus mendampingi bukan hanya mengasah kemampuan kognitif, tapi juga bagaimana membangun karakter dan sikap anak.
Orangtua juga perlu beradaptasi menjadi rekan anak belajar di rumah dan berkoordinasi dengan guru. "Kalau dulu fenomenanya mengundang orangtua hanya ketika bagi hasil belajar, tapi bagaimana sekarang ini orangtua bisa hadir dalam sebuah diskusi dengan sekolah menjadi sesuatu yang kontinu," jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan seluruh sekolah ditutup mulai 16 Maret 2020. Tujuannya agar menekan penularan Covid-19 kepada anka-anak. Walau begitu, proses belajar tetap berjalan dengan metode pembelajaran jarak jauh.