TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dan ahli psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menanggapi kasus vandalisme musala di Tangerang, yang tersangkanya, Satrio Katon Nugroho, 18 tahun, disebut-sebut mengalami depresi. Menurut dia, gangguan jiwa itu berasosiasi dengan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam, sehingga kerap disebut ilmuwan sebagai gerbang bunuh diri.
“Hanya sepertiga pengidap depresi yang mendemonstrasikan amarah hebat secara tiba-tiba,” kata Reza pada Kamis, 1 Oktober 2020.
Ia berpesan agar tersangka pelaku dijaga sebaik-baiknya. “Jangan sampai terjadi perbuatan fatal di rumah tahanan yang membuat kasus berhenti di kantor polisi.”
Secara hukum, kata Riza, depresi bukan tipe gangguan jiwa yang mendapat dispensasi. Demi bisa menangani kondisi klinis tersangka lebih lanjut, perlu digali asal-muasal penyebab depresinya.
Pihak yang bertanggung jawab menjaga orang yang mengalami gangguan jiwa tapi alpa akan tugasnya bisa dipidana. “Lalai, sehingga orang sakit jiwa itu berkeliaran apalagi membahayakan orang lain dan lingkungan sekitar.”
Polisi menampik dugaan bahwa Satrio mengalami gangguan jiwa. “Sehat, saya ajak ngobrol bisa. Saya tanya sehat, dia bilang sehat,“ kata Kapolresta Tangerang Komisaris Besar Ade Ary Sam Indardi pada Selasa, 29 September 2020. Selama pemeriksaan, Satrio tampak bisa menjawab dan berdiskusi dengan normal.
Reza menilai, penanganan atas kasus ini akan mampu mendongkrak kepercayaan publik terhadap aparat hukum. Menurut dia masyarakat meragukan kemampuan aparat kepolisian menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan tersangka dengan dugaan gangguan jiwa.
“Publik kadung skeptis terhadap kerja hukum pada kasus-kasus penganiayaan ulama, yang para pelakunya disebut punya gangguan jiwa dan kasusnya setop begitu saja.”
Polisi membekuk Satrio pada Selasa malam, 29 September 2020, setelah mendapat laporan masyarakat. Pada sore harinya Satrio kedapatan mencorat-coret musala Darussalam di Perum Villa Tangerang Elok, Tangerang, Jawa Barat. Kejadian sempat viral melalui video yang menayangkan pencoretan tembok, perobekan kitab suci Al-Quran, juga pengguntingan sajadah.
Menurut polisi, Satrio mengaku belajar agama dari YouTube, dan meyakini apa yang dilakukannya adalah benar.
WINTANG WARASTRI | ENDRI KURNIAWATI