TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta bakal fokus berinovasi untuk mengembangkan bisnis di luar pendapatan tiket atau non-farebox. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan salah satu inovasi yang dikembangkan adalah bisnis iklan.
Menurut dia, PT MRT Jakarta membuka kerja sama dengan pihak lain yang ingin mengiklankan produknya. Inovasi terbaru yang digencarkan BUMD itu adalah pemasangan iklan di pilar konstruksi kereta.
"Kami mulai mendorong pemasangan iklan di luar ruangan dan targetnya sekarang adalah pilar-pilar MRT Jakarta," kata dia dalam forum jurnalis yang digelar secara virtual, Rabu, 30 September 2020.
William memperkirakan, pendapatan non-farebox tahun ini bakal lebih besar empat kali lipat dari pendapatan tiket atau farebox. Dia berharap pertumbuhan bisnis non-farebox tahun depan bisa melonjak.
Pandemi Covid-19 telah berdampak jumlah penumpang kereta yang kian menurun. Penurunan ini lantas berimbas pada merosotnya pendapatan tiket.
PT MRT Jakarta biasanya memanfaatkan ruang di dalam stasiun atau kereta untuk memasang iklan dari klien. BUMD itu memanfaatkan teknologi, sehingga bentuk iklan pada pilar menyerupai reklame LED.
Menurut dia, inovasi ini sudah tampak di sepanjang Stasiun ASEAN hingga Lebak Bulus. William menyatakan, iklan tersebut memberikan keuntungan tak hanya kepada PT MRT, tapi juga masyarakat.
Masyarakat bisa melihat iklan di pilar kereta Ratangga, sementara PT MRT Jakarta memperoleh penghasilan tambahan yang dapat membantu pembiayaan operasional perusahaan. "Karena pada hari-hari sekarang ini tentu kami juga wajib membantu pemerintah. Jadi tidak semua pembiayaan itu harus diserahkan kepada pemerintah, tapi ini adalah inovasi agar MRT dapat tetap menjalankan bisnisnya dengan baik," kata William.