TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Kepolisian Resor Kota Tangerang Komisaris Besar Ade Ary mengatakan hasil pemeriksaan psikologis terhadap Satrio, 18 menunjukkan bahwa tersangka aksi vandalisme di Musala Darussalam itu diduga mengalami depresi. Namun menurut Ade, satrio dinyatakan dalam keadaan sadar ketika ditanyai.
"Mampu menjawab pertanyaan, nyambunglah," kata Ade saat dikonfirmasi, Jumat, 2 Oktober 2020.
Ade berujar, hasil pemeriksaan saksi-saksi, termasuk orang tuanya, menunjukkan bahwa Satrio mengalami perubahan sikap sejak bulan Ramadan tahun ini. Dia cenderung menyendiri dan salat di rumah.
Sebelumnya, kata Ade, Satrio rajin beribadah di Musala Darussalam, Villa Tangerang Elok, Kuta Jaya, Pasar Kemis, Tangerang. Musala itu merupakan tempat Satrio melakukan vandalisme pada Selasa lalu.
"Orang tuanya kemudian tidak memperbolehkan dia keluar rumah sendirian," kata Ade.
Dengan adanya perubahan sikap tersebut, kata Ade, orang tua Satrio telah melakukan berbagai upaya demi menyembuhkan anaknya. Salah satunya, berkomunikasi dengan psikolog dan menjalani hipnoterapi.
"Pernah di rukiah juga," kata Ade.
Ade mengatakan, Satrio telah ditetapkan sebagai tersangka. Mahasiswa psikologi universitas swasta di Jakarta dijerat dengan Pasal 156 a dan Pasal 406 KUHP.
Ihwal informasi tentang Satrio tidak dibolehkan keluar rumah sendirian, seorang tetangga bernama Suhadi, membenarkannya. Menurut dia, Satrio selalu dicari bapaknya, yakni Karjono jika keluar rumah. Namun dia mengaku tidak mengetahui penyebabnya.
"Setahu warga di sini, Satrio itu terapi rukiah," kata Suhadi kepada Tempo, Rabu 30 September 2020.
M YUSUF MANURUNG | AYU CIPTA