Syahruddin mengatakan beberapa perempuan dan anak-anak sampai harus dibawa ke rumah sakit lantaran terpapar gas air mata. Ia mengatakan tembakan-tembakan gas air mata baru berhenti sekitar pukul 22.00 WIB.
Menurut Syahruddin, penembakan gas air mata juga terjadi di sekitar Masjid Al-Riyadh Kwitang yang berdekatan dengan makam Habib Ali Alhabsyi. Di tempat tersebut para demonstran sedang beristirahat.
"Sebenarnya kalau sudah masuk kampung sudah jangan ditembaki, tapi sepertinya aparat enggak bisa lihat kerumunan," ujar dia.
Berdasarkan sejumlah video dokumentasi warga, terlihat aparat kepolisian merangsek dengan mobil barracuda dan sepeda motor. Dari video yang diambil di kawasan Kwitang 1A, terlihat polisi beberapa kali menembakkan gas air mata kendati sejumlah orang meneriakkan 'warga' dan 'rumah warga'.
Bukan cuma gas air mata, polisi juga menembaki demonstran dan warga dengan peluru karet. Salah satu yang terkena peluru karet adalah anak Syahruddin. Pemuda 26 tahun itu tertembak di punggungnya saat hendak menutup portal yang mengarah ke Jalan Kwitang.
"Sakitnya sampai ke tulang," kata dia.
Tempo mengonfirmasi penembakan gas air mata ke arah permukiman warga ini kepada Kepala Kepolisian Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Novianto. Heru tak membantah atau membenarkan hal ini.
"Sudah aman semua," kata Heru ketika dihubungi pada Selasa malam, 13 Oktober 2020.