TEMPO.CO, Jakarta - Program pengelolaan sampah Jakarta Recycle Center (JRC) untuk memilah sampah plastik, sisa makanan hingga kaca dan limbah B3 mengalami hambatan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih menyatakan warga Jakarta kurang aktif dalam program pengelolaan sampah lingkup Rukun Warga (RW) tersebut.
Andono mengatakan ada berbagai penyebab program daur ulang sampah JRC kurang berkembang, misalnya terkait sarana dan prasarana serta pendampingan. "Partisipasi pemilahan sampah oleh warga mengalami fluktuasi keaktifan," kata Andono di Jakarta, Jumat 16 Oktober 2020.
Menurut Andono perlu ada pendampingan intensif serta penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pemilahan sampah. Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI ingin bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan agar bisa mendorong partisipasi aktif warga Jakarta dalam pengangkutan sampah terpilah dan terjadwal agar mempermudah daur ulang.
"Pemprov DKI Jakarta melihat adanya peluang kolaborasi antara lembaga pemerintah dan badan usaha swasta untuk membantu melakukan pendampingan pemilahan sampah kepada warga dari aspek sosial hingga aspek teknis," ujarnya.
Pada saat ini program JRC melibatkan sekitar 1.335 rumah tangga di kompleks Bukit Mas, Ozone dan Taman Alfa Indah di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Baca Juga:
Dalam program daur ulang sampah ibu kota tersebut, setiap warga diminta melakukan pemilahan sampah rumah tangga. Ada 8 kategori sampah yang harus dipisahkan, yaitu sisa makanan, plastik, kertas, botol PET dan cup, logam, kaca, B3 dan residu.
"Petugas mengangkut sampah terpilah tersebut secara rutin sesuai jadwal yang sudah ditentukan," kata Andono.
Baca juga: Bertemu Anies Baswedan, Tim Pemerintah Jepang Bahas Daur Ulang Sampah
Program daur ulang sampah Jakarta JRC ini diadaptasi dari Kota Osaki, Jepang. Program ini merupakan salah satu wujud implementasi dari Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi DKI Jakarta Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Rukun Warga (RW).