TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pemerintah mesti tetap mewaspadai lonjakan kasus Covid-19 akibat gelombang demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Ibu Kota. Potensi kenaikan kasus ini akan semakin besar. “Mungkin sekarang belum terlalu terlihat, tapi penambahan pasti akan terjadi," kata Tri saat dihubungi, Selasa, 20 Oktober 2020.
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu memperkirakan penularan Covid-19 di Jakarta bisa mencapai 1.500 kasus per hari karena adanya unjuk rasa. Demonstrasi bisa menjadi klaster baru penularan wabah ini.
Baca Juga:
Menurut Tri, masih banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan saat mengikuti demonstrasi. “Seharusnya semua peserta demo wajib pakai masker dan tidak boleh dilepas."
Dalam beberapa hari ini penambahan kasus di Ibu Kota melandai di angka 900 per hari. Namun, kata dia, pemerintah harus tetap waspada lantaran angka kasus bisa naik jika tidak diantisipasi dengan isolasi dan karantina yang baik.
Ia menyarankan agar Pemerintah DKI terus memperbanyak penelusuran kontak. “Semakin banyak orang yang diisolasi, penularan bisa dicegah."
Potensi kenaikan kasus imbas unjuk rasa diperkirakan bakal mulai terasa pekan ini hingga pekan depan. "Saya berharap lonjakan itu tidak terjadi. Karena lonjakan bisa bertambah tinggi seiring diterapkannya kembali PSBB Transisi," kata Tri.