TEMPO.CO, Jakarta - Tim Peneliti Pemodelan Covid-19 Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia menyarankan pemerintah menyiapkan kebijakan jangka panjang untuk menghadapi Covid-19. Anggota Tim Peneliti Pemodelan Covid-19 FKM UI, Iwan Ariawan, mengatakan masyarakat diperkirakan bakal hidup bersama wabah virus corona hingga 2022.
"Pemerintah harus punya perencanaan jangka panjang sampai 2022," kata Iwan dalam diskusi daring pada Jumat, 23 Oktober 2020.
Menurut dia, kurva penularan wabah mulai mendatar saat pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar pada April hingga awal Juni 2020. Namun, begitu pembatasan sosial dilonggarkan, penularan Covid-19 langsung meroket.
Saat kebijakan pembatasan sosial dicabut dan penduduk diizinkan beraktivitas secara bertahap, masyarakat harus berperilaku mengurangi risiko penularan dengan menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan.
Ia menjelaskan mencuci tangan bisa mengurangi risiko penularan hingga 35 persen, memakai masker kain 45 persen, masker bedah 70 persen dan menjaga jarak 85 persen. "Pencabutan kebijakan pembatasan sosial juga harus diikuti peningkatan cakupan tes, lacak, dan isolasi oleh pemerintah."
Dari hasil pemodelan kasus yang dikaji FKM UI, kurva penambahan kasus harian mendatar di bawah 300 kasus per hari saat Pemerintah DKI menerapkan pembatasan sosial yang pertama pada 10 April hingga 4 Juni 2020. Angka kasus mulai meningkat saat Pemerintah DKI menerapkan masa transisi dengan penambahan kasus mencapai lebih dari 400 kasus pada Juli dan terus naik hingga lebih 1.000 kasus per hari pada September 2020.
"Grafik sempat turun saat pembatasan sosial yang kedua diterapkan." Peningkatan kasus sangat berpengaruh terhadap relaksasi yang dilakukan pemerintah.
Selama pembatasan sosial ketat diterapkan kasus bakal melambat karena lebih banyak masyarakat yang berada di rumah. "Pembatasan sosial membuat orang menjaga jarak. Jaga jarak ini menentukan karena bisa mengurangi potensi penularan hingga 85 persen."